Talent Scouting: Jalan Tikus Menuju Studi Doktoral di Luar Negeri

Rabu (9/5), Dalam rangka mempersiapkan peningkatan kualifikasi sumber daya manusia pendidik di lingkungan Sekolah Vokasi UGM, maka unit sumber daya manusia menyelenggarakan Talent Scouting-Program Doctoral bagi doen muda. Melalui program ini, dosen muda diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menulis secara akademik untuk mencari dan mendapatkan Perguruan Tinggi sasaran di luar negeri, menyusun proposal penelitian, serta menambah wawasan mengenai teknik dan strategi mendapatkan beasiswa serta kiat sukses menjalankan studi di luar negeri.

Memilih melanjutkan studi di luar negeri, terlebih di World Class University atau Universitas Kelas Dunia, tentu tidaklah mudah. Persyaratan keterampilan berbahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan, kompetensi dalam melakukan penelitian, pemahaman program studi tujuan, hingga menciptakan proposal kepada promotor atau profesor pengampu kelak merupakan sekelumit tantangan yang harus dilewati.

“Tujuan dari talent scouting ini adalah membekali para dosen muda untuk dapat menembus sekaligus menjalankan studi di luar negeri dengan baik,” jelas Dekan Sekolah Vokasi, Wikan Sakarinto., Ph.D.

Meskipun demikian, Wikan menyadari bahwa banyak dosen yang merasa telah memiliki kompetensi yang baik, utamanya dalam berbahasa asing. “Namun bagi kami yang tidak kalah penting dari persiapan bahasa Inggris dalam bidang akademis sesuai dengan ketentuaan akademis internasional adalah juga mempersiapkan mental mereka dalam menjalani pendidikan.”

Talent Scouting menyediakan beberapa pelatihan lanjutan yang menjadi solusi atas tantangan yang biasanya ditemui dosen dalam mengakses studi lanjut di luar negeri. Pelatihan seperti berbahasa Inggris khas akademis, penyusunan proposal penelitian yang baik, skenario menghadapi wawancara beasiswa, hingga memilih profesor yang akan menjadi promotor ketika studi kelak di luar negeri.

Pada kesempatan baik ini Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis, Leo Indra Wardhana, Ph.D berkesempatan untuk memotivasi dosen muda lainnya agar segera mengambil program doctor. Dosen muda lulusan doktoral University de Limoges, Prancis ini menceritakan perjuangannya selama proses pendaftaran hingga hidup di negara orang. Ia menegaskan bahwa bahwa IELTS (6.5-7) dan IBT (80-100) menjadi syarat wajib yang harus dimiliki saat ini.

Leo mengakui bahwa sekolah di luar negeri membuatnya memiliki pemikiran terbuka karena kenal dengan orang-orang dari berbagai negara. Hal ini bisa menjadi bekal ketika kembali ke tanah air dan mengajar membagikan ilmu untuk mahasiswa sehingga mereka kelak bisa terdorong untuk melakukan hal-hal hebat lainnya dibidangnya. Bagi institusi, tentu mampu membantu mencapai mimpi besar Sekolah Vokasi dan UGM jika sumber daya manusianya banyak yang sudah doctor.

“Mungkin hal paling menyenangkan selama perjalanan panjang menempuh program doktoral adalah ketika kamu dipanggil doctor oleh orang lain,” pungkasnya.