Fatmawati Djafri, Dosen Program Studi Bahasa Jepang, Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya (DBSMB), Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada berhasil meraih gelar doktor dengan mempertahankan desertasi berjudul “Study in Japan and Investment in Japanese Language Learning: Narratives of Indonesian Learners of Japanese” di Graduate School of International Culture and Communication Studies (GSICCS), Waseda University Jepang, Jumat (11/1) kemarin.
“Disertasi ini merupakan penelitian multidisipliner yang menggabungkan antara bidang ilmu terapan pendidikan bahasa Jepang, sosiolinguistik, dan pendidikan internasional. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena meningkatnya minat pembelajar bahasa Jepang di Indonesia untuk melanjutkan studi ke Jepang sambil bekerja paruh waktu di sana,” tutur wanita kelahiran Ujung Pandang, 6 November 1980 ini.
Peningkatan ini, lanjutnya, terlihat signifikan setelah tahun 2012 dengan menjamurnya program-program studi ke Jepang yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah bahasa Jepang, yang didukung pula oleh perubahan kebijakan imigrasi pemerintah Jepang.
Fatmawati melanjutkan, tujuan desertasinya ditulis untuk dua hal: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap investasi yang dilakukan oleh pembelajar bahasa Jepang tersebut, dan (2) memahami bagaimana implementasi kebijakan pendidikan bahasa Jepang dan pendidikan internasional yang diterapkan di Jepang dan Indonesia mempengaruhi investasi pembelajar bahasa Jepang.
Analisis yang dipakai dalam desertasi Fatmawati menggunakan kerangka teoretis Model of Investment in Language Learning dari Ron Darvin dan Bonny Norton, yang dikombinasikan dengan Push-Pull Factors yang merupakan salah satu teori sosiologi di bidang migrasi internasional. Sedagkan metodologi yang digunakan bersifat mixed methods, yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif melalui narrative inquiry dan metode penelitian kuantitatif melalui cross-sectional survey. Pengumpulan data dilakukan sejak awal 2015 hingga akhir 2017 di Jepang dan di beberapa Jurusan dan Program Studi Bahasa Jepang di empat universitas besar di Indonesia, termasuk Program Studi Bahasa Jepang Sekolah Vokasi UGM.
Fatmawati Djafri menyelesaikan desertasi ini didampingi oleh pembimbing utama, Prof. Masakazu Iino dari Graduate School of International Culture and Communication Studies, Waseda University) dan dua deputi supervisor Prof. Satoshi Miyazaki dari Graduate School of Japanese Applied Linguistic, Waseda University dan Prof. Kazuo Kuroda dari Graduate School of Asia Pacific Studies, Waseda University.
“Karena periode beasiswa yang saya peroleh dari Pemerintah Jepang (MEXT Scholarship) hanya 3 tahun, maka sedari awal saya sudah membuat rencana studi yang menjadi target yang harus saya lakukan untuk tiap semester. Saya juga mendiskusikan rencana ini secara terbuka dengan Profesor pembimbing saya dan meminta kesediaan beliau untuk mendukung saya mencapai target-target tersebut. Setiap akhir semester, saya juga melaporkan sejauh mana pencapaian target tersebut kepada Profesor pembimbing saya. Selain itu, saya berusaha memanfaatkan kesempatan untuk presentasi di konferensi-konferensi internasional sebagai sarana berdiskusi dengan para peneliti dari berbagai dunia dan mendapatkan masukan-masukan berharga untuk perbaikan disertasi saya,” tuturnya menyampaikan suka dukanya menyelesaikan desertasi ini.
Menurut saya, salah satu kunci untuk menempuh dan menyelesaikan studi S3 adalah dengan menyusun perencanaan matang sebelum memulai studi dan disiplin untuk melaksanakan rencana-rencana yang sudah disusun tersebut. “Studi di luar negeri dan jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Banyak hal-hal yang tidak terduga terjadi,” tuturnya.
Fatma mencontohkan, “Seperti ketika saya tiba-tiba mendapatkan berita duka bahwa Bapak saya sedang kritis di rumah sakit dan saya hanya memiliki kesempatan selama beberapa jam bersama beliau, setelah menempuh perjalanan berjam-jam dari Jepang, sebelum akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini menjadi pukulan terberat saya dalam menempuh studi S3 karena beliau adalah motivator terbesar saya dalam melanjutkan studi. Namun hal ini pula yang menjadi dorongan terbesar saya untuk menyelesaikan studi S3”.
Dalam laporan tertulisnya kepada Humas DBSMB, Fatmawati juga memberikan pesan kepada kolega di DBSMB yang akan ataupun sedang memulai studi doktoral, “Menempuh studi S3 adalah sebuah jalan sepi, di mana kita harus merencanakan dan melakukan banyak hal secara mandiri. Karena itu, dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman di sekitar kita sangat membantu. Bersosialisasi dan tetap menjaga hubungan baik dengan mereka sangat membantu kita untuk menghadapi masa-masa sulit penyelesaian studi S3.”
Ditanya bagaimana perasaannya ketika dinyatakan lulus tanpa revisi, ia menyampaikan, “Rasanya lega dan bebas karena masa pengumpulan versi final disertasi saya hanya seminggu dari jadwal ujian akhir saya. Saya sangat bersyukur karena Tuhan sangat memudahkan semua prosesnya, termasuk juga ketika menempuh ujian akhir tersebut. Saya juga sangat berterima kasih untuk semua dukungan dan doa dari keluarga, rekan-rekan kerja, teman-teman dan sahabat-sahabat saya.”
Omedetō, Fatma-sensei!
Text: Humas DBSMB
Foto: Fatmawati Djafri