Nama saya Ashri Rachmawati. Saya mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada jurusan Bahasa Korea angkatan tahun 2012 yang tengah menempuh program beasiswa pertukaran pelajar di Korea Selatan selama satu tahun. Oke, pada kesempatan kali ini saya akan bercerita singkat tentang pengalaman saya selama berada di Negeri Ginseng ini.
Mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri tentu merupakan keinginan setiap mahasiswa, apalagi bila mendapat full beasiswa dan tanpa mengerluarkan uang sepeserpun. Ya, Alhamdulillah beasiswa yang saya dapatkan ini termasuk full beasiswa dimana pihak penerima beasiswa tidak mengeluarkan uang sepeserpun selama menempuh program ini, bahkan saya mendapat uang untuk kehidupan sehari-hari tiap bulannya. Beasiswa ini disebut dengan beasiswa Korean Global Scholarship Program (KGSP). Dari namanya saja kita sudah bisa tahu kalau beasiswa ini merupakan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Korea. Jadi, setiap semester atau setiap tahun pemerintah Korea memberikan kesempatan bagi mahasiswa asing untuk belajar di Korea. Jangka waktunyapun bermacam-macam, ada program beasiswa selama lima tahun, satu tahun, maupun satu semester.
Untuk bisa mendapatkan beasiswa ini tentunya tidak mudah karena tidak sedikit mahasiswa yang ingin mendapatkannya dan dengan proses seleksi yang ketat. Maka dari itu, kita harus menjadi mahasiswa terbaik dan aktif di kelas maupun di luar kelas. Setiap program beasiswa memiliki tahapan seleksi yang berbeda, tetapi pertama program studi yang akan menyeleksi para mahsiswa yang akan mengajukan beasiswa tersebut, selanjutnya pihak NIIED (National Institute for International Education) akan menyeleksi kembali berkas-berkas yang diajukan oleh program studi. Apabila lolos seleksi ini berkas kita akan diberikan ke Universitas yang dituju. Tidak mudah bukan? Untuk itu, mendapatkan nilai minimal B dan IPK minimal 3,5 merupakan suatu keharusan bagi mahasiswa yang ingin mendaftar beasiswa-beasiswa ini. Selain itu, kita juga harus memiliki kemampuan berbahasa inggris yang baik dan memilki nilai TOEFL lebih dari 500 karena selama menempuh program studi exchange pengantar mata kuliah menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Korea.
Berawal dari Hobi
Dari SMA belajar bahasa dan Kebudayaan negeri lain merupakan hobi saya walaupun dulunya saya berada di kelas IPA. Semenjak demam K-Pop mulai merajalela di Indonesia saya menjadi semakin penasaran tentang Korea. Memang dulunya saya termasuk orang yang suka dengan K-pop, bahkan bisa dikatakan tergila-gila dengan hal-hal yang berbau Korea. Oleh karena itu berbekal dengan internet dan buku yang saya pinjam dari teman saya, saya mulai belajar Hangeul (tulisan Korea) dan beberapa tata bahasa Korea dasar.
Setelah lulus SMA dengan dukungan orang tua, saya memutuskan untuk mengambil jurusan bahasa Korea karena belajar bahasa adalah hobi saya. Selain itu, karena akhir-akhir ini Korea menjadi Negara yang semakin berkembang dan hubungan antara Indonesia dan Korea semakin erat, saya pikir nantinya lapangan kerja yang berhubungan dengan korea akan semakin banyak. Ditambah lagi karean di Indonesia hanya sedikit universitas yang memiliki jurusan bahasa Korea.
Meskipun setelah merasakan tinggal di Korea minat saya terhadap K-pop semakin menurun, tetapi tidak mengurangi minat saya untuk belajar bahasa dan kebudayaan Korea. Bahkan saya, mulai tertarik dengan sejarah, teknologi, dan perkembangan Korea, karena dulunya Korea berada di tingkat yang sama dengan Negara Indonesia. Tetapi jika dilihat saat ini, Korea menjadi semakin maju dalam teknologi dan sumber daya manusianya. Padahal, apabila diamati Negara Indonesia sebenarnya lebih kaya daripada Korea karena kita memilki sumber daya yang lebih berlimpah, tapi mengapa sekarang Korea bisa lebih maju dari Negara kita? Untuk itulah dengan merasakan secara langsung kehidupan Korea diharapkan nantinya kita bisa menerapkan hal-hal yang membuat Korea maju seperti sekarang ini.
Kesan pertama dan Kehidupan di Korea
Setelah melalui perjuangan untuk mendapatkan beasiswa ini, akhirnya saya dan seorang lagi teman saya yang bernama Henry bisa berangkat ke Korea untuk menuntut ilmu selama satu tahun. Kami berdua diterima di Universitas yang sama yaitu Gangneung Wonju National University yang berada di Gangneung, Gangwon-do. Saat pertama kali tiba di Gangneung, masih banyak salju yang menumpuk dan kami juga masih merasakan hujan salju, walaupun saat itu bulan Maret. Karena saat itu merupakan pertama kalinya bagi kami merasakan salju secara langsung kami sangat excited. Kami bermain-main dengan salju, menggambil gambar berlatar belakang salju, menuliskan nama teman diatas salju dan lain sebagainya. Gangneung juga merupakan salah satu kota yang cuacanya sangat dingin pada saat musim dingin. Selama berada disini apabila ingin pergi kemana saja kita banyak menggunakan transportasi umum dan lebih banyak berjalan.
Disini kami juga bertemu dangan banyak teman dari berbagai negara, seperti Brunei Darussalam, Thailand, Afrika Selatan, Jepang, Rusia, Khazakhistan, Amerika, China, Mongolia dan lain sebagainya. Kami semua saling bertukar bahasa dan budaya, dan belajar untuk mengerti dan memahami budaya setiap negara. Hal tersebut merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan karena pada dasarnya saya memang suka belajar budaya negara lain. Jadi, tidak hanya belajar budaya Korea, tapi kami juga bisa mengetahui budaya dan karakter orang-orang dari negara lain selama berada disini.
Kami juga banyak berkunjung ditempat-tempat dan festival yang menarik di Korea baik bersama dengan teman-teman dari kelas Ohaktang (kelas bagi mahasiswa asing yang belajar bahasa Korea) maupun dengan kelompok yang lebih kecil. Kunjungan pertama kami adalah di Danau Gyeongpo dan Pantai Gyeongpo. Saat itu adalah musim semi dan di sekitar danau Gyeongpo banyak terdapat pohon sakura. Karena sepanjang jalan menuju danau Gyeongpo banyak terdapat buang sakura kami bisa menikmati keindahan bunga Sakura. Di sekitar Gyeongpo juga terdapat Hanok (sebutan untuk rumah Korea zaman dulu) yang bersejarah.
Memasuki, musim panas kami juga berpartisipasi mengikuti karnaval untuk pembukaan festival Danoje yang setiap tahunnya diadakan oleh pemerintah kota Gangneung dan merupakan salah satu festival terbesar di Korea. Pada kesempatan itu, kami memakai pakaian tradisional kami, batik dan Kebaya, dan bersama teman-teman dari Korea dan negara lain, kami berjalan dan menari di sepanjang jalan. Walaupun lelah dan berat kami sangat senang karena saat itu kami diperkenakan umtuk mempernalkan Indonesia. Kami juga pergi ke tempat-tempat terkenal dan menarik seperti Everland, yang merupakan dufannya Korea, kuil-kuil Buddha, dan juga Ke Gunung Seorak yang terkenal untuk melaksanakan MT (makrab). Saya juga diberi kesempatan untuk melakukan presentasi di depan mahasiswa Korea. Walaupun awalnya takut dan nervous, Alhamdulillah dengan usaha keras saya bisa melakukannya dengan baik.
Dari segi pendidikan, dapat saya katakan sistem penilain di Korea sangatlah berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia semua mahasiswa bisa mendapatkan nilai A apabila mereka bisa melakukan yang terbaik, tetapi di Korea setiap nilai memilki jumlah batasan jadi misal, 10% terbaik pertama bisa mendapatkan nilai A, lalu 10% berikutnya mendapat nilai B dan seterusnya. Mungkin dikarenkan sistem penilaian yang seperti ini persaingan antar mahasiswa semakin mengingkat karena untuk mendapatkan nilai yang terbaik harus menjadi yang terbaik di kelas. Setiap hari banyak siswa yang belajar di perpustakaan, pulang jam 1 dini hari dari perpustakaan merupakan hal yang wajar, bahkan saat menjelang periode ujian perpustakaan buak 24 jam dan kita harus membooking tempat duduk dulu karena banyaknya siswa yang ingin belajar di perpustakaan. Selama belajar disini, saya banyak mendapatkan pengalaman yang berharga. Saya bisa mengerti sistem belajar, persaingan, dan budaya Korea yang mungkin menjadikan Korea negara maju seperti saat ini.
Oleh:
Ashri Rachmawati
2012/327922/SV/98