Lima mahasiswa dari cluster kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisisasi adanya program pemberdayaan remaja dengan pendekatan kolaborasi antar profesi kesehatan melalui kegiatan PKM Pengabdian Masyarakat bertajuk “Juru Kesehatan Remaja” atau lebih dikenal dengan sebutan JUARA. Mahasiswa tersebut adalah Wahyulin Aprilia (Kebidanan SV), Diny Lela Ramdany (Kebidanan SV), Dicky Yulianda (Pendidikan Dokter), Fahri Al Irsyad (Psikologi) dan Imroatus Sholihah (Ilmu Gizi).
“Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini, tim JUARA sebagai mahasiswa yang juga termasuk kategori remaja akhir, merasa perlu untuk memberikan sumbangsih nyata untuk para remaja. Selain mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih, mahasiswa juga bisa menjadi rolle model atau contoh generasi muda yang layak ditiru.”
Dengan peran strategis tersebut, sebagai mahasiswa kesehatan, kelima mahasiswa tersebut memposisikan diri sebagai JUARA (Juru Kesehatan Remaja) yang terlibat aktif dalam upaya peningkatan derajat kesehatan remaja. Untuk memaksimalkan peran dan mengingat kebutuhan remaja yang cukup kompleks, maka JUARA terdiri dari beberapa unsur profesi kesehatan yang disebut Interprofessional Collaboration (IPC). IPC dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja secara komprehensif dengan latar belakang pendidikan yang dapat mendukung remaja dalam meningkatkan kualitas kesehatannya. Melalui kolaborasi, mahasiswa juga akan berlatih menerapkan keilmuannya dan belajar bekerja dalam tim.
Fokus kegiatan JUARA ada dua yaitu pengembangan posyandu remaja dengan pendekatan kolaborasi interprofesional dan pemberdayaan kader JUARA sebagai tutor sebaya, kader JUARA adalah siswa MAN 2 Bantul yang lolos pada tahap seleksi.
Hingga saat ini tim PKMM JUARA UGM telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan pemberdayaan remaja. Setelah sukses dengan kegiatan pelatihan, tim JUARA juga telah berhasil melaksanakan agenda besar yaitu pelantikan kader JUARA pada tanggal 28 April 2017.
“Kegiatan ini perlu ditindak lanjuti dan dilaksanakan terus menerus, tidak hanya di satu sekolah tetapi juga sebaiknya merambah ke sekolah-sekolah lainnya.”
Setelah pelantikan, kegiatan inti dari JUARA yaitu posyandu remaja dan tutor sebaya juga sukses dilaksanakan. Posyandu remaja sudah dilaksanakan 2 kali di gedung aula MAN 2 Bantul dan diikuti oleh 30 siswa, 15 perempuan dan 15 laki-laki yang pelaksanaannya bersamaan antara tutor sebaya dan posyandu remaja.
Selain mendapat konseling, siswa juga diperkenalkan dengan makanan bergizi yang menunjang pertumbuhan serta perkembangan remaja. Hasil pemeriksaan di posyandu remaja sudah tercatat secara terintegrasi oleh masing-masing profesi di dalam rekam medis yang dimiliki oleh siswa. Rekam medis berisi informasi dasar pemilik serta hasil pemeriksaan.
“Dengan banyaknya rangkaian kegiatan yang sukses dilakukan, tim JUARA berharap Output jangka panjang program ini nantinya adalah memandirikan sekolah untuk melaksanakan posyandu secara rutin bekerjasama dengan pihak puskesmas dan mahasiswa kesehatan, sehingga kedepan MAN 2 Bantul dapat dijadikan pilot project untuk sekolah lainnya.”