Prodi Agroindustry Adakan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao

Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Hingga saat ini, produksi kakao secara nasional mencapai angka 700 ribu ton. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.

Sayangnya, potensi ini belum digarap secara optimal oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat hanya menjual biji kakao yang telah difermentasi dan tidak mengolahnya menjadi produk lain yang bernilai tambah. Apalagi, dengan bagian kakao lainnya seperti daging buah dan kulit kakao. Kedua bagian ini tidak banyak dimanfaatkan dan hanya berakhir menjadi sampah.

Hal tersebut juga terjadi pada petani kakao di Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, sebagai salah satu produsen kakao di DIY. Daerah tersebut banyak menghasilkan kakao, namun produksi kakaonya masih tertinggal terutama dalam inovasi pengolahan kakao karena kualitas sumber daya manusia yang terbatas.

Prihatin atas fenomena itu Program Studi Agroindustri Sekolah Vokasi UGM melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat mencoba mengoptimalisasikan potensi agrobisnis kakao melalui pengembangan produk cokelat.

Bertempat di ruang sidang agroindustri diadakan workshop “Peningkatan Keterampilan dan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao Skala Kecil” yang dihadiri oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki, Sumber Rejeki Banjaroyo dan Perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Diketahui sebelumnya PT. Mayora Indah Tbk memberikan bantuan peralatan praktik pengolahan kakao kepada Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner SV UGM senilai Rp189.295.000.

“Dinas mendukung penuh Bapak/Ibu untuk berkembang, KWT mohon diaktifkan karena kita juga akan memberikan bantuan peralatan serupa,” kata Widiastuti perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Widiastuti mengungkapkan jika dipasaran cokelat bubuk lebih mudah dipasarkan, dan butuh inovasi-inovasi rasa lainnya yang berbeda dari yang lain sehingga keuntungan yang diperoleh bisa lumayan besar.

Melalui program ini mereka memberikan pendampingan pengolahan kakao menjadi produk cokelat yang bernilai ekonomis petani kakao yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rejeki dan Sumber Rejeki.

Dengan pemberian pelatihan pengolahan kakao dengan mesin baru yang dimiliki SV UGM diharapkan bisa menciptakan sumber daya manusia kreatif, terampil, dan inovatif dalam pengembangan produk kakao. Dengan begitu, kedepan masyarakat dapat mengembangkan berbagai produk olahan kakao secara mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Melalui hasil olahan limbah kakao tersebut juga diharapkan dapat mendongkrak potensi agrowisata dan agribisnis di Desa Banjaroyo,”pungkas Ketua Program Studi Agroindustri SV UGM.