Jumiati (57 tahun) nampak terharu saat Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., menyerahkan bantuan santunan untuk Briptu Fandi Setya Nugroho yang gugur dalam kerusuhan di Mako Brimob bulan Mei lalu, Jumat (22/6), di kampus UGM. Jumiati merupakan Ibunda dari Briptu Fandi. Ia bersama dengan menantunya drg. Geha Solichah, istri dari Briptu Fandi, menerima secara simbolis bantuan senilai Rp40.300.000 yang merupakan hasil sumbangan dari alumni UGM yang tergabung dalam Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada.
Sambil terisak, Jumiati menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada UGM yang memberikan kepedulian pada Briptu Fandi. Wanita paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai polwan ini menuturkan sejak kecil Fandi merupakan anak yang periang. Ia tidak menyangka jika anak bungsunya ini akhirnya mengikuti jejaknya dengan mendaftar menjadi polisi. “Sebelum lulus dari UGM, kebetulan kosnya dekat dengan rumah bapak-bapak polisi, sering ngobrol, dia bercerita ke saya mau masuk polisi dan teman-teman di kampusnya mendukung,” katanya.
Fandi mendaftar di sekolah Calon Bintara Polisi di Jakarta. Menurut pengakuan Jumiati, selama menempuh pendidikan, Fandi selalu berprestasi dan masuk dalam daftar peringkat sepuluh besar hingga akhirnya ketika lulus ia ditempatkan di Densus 88. “Sewaktu memilih jadi polisi, saya sudah kasih tahu, risiko jadi polisi itu berat. Tapi ia memang senang, waktu pendidikan saja ranking dia bagus, lalu terpilih jadi Densus,” kata Jumiati yang bekerja di Polres Magelang ini.
Setelah lulus dari pendidikan Bintara Polisi, kata Jumiati, Fandi sudah bekerja menjalankan tugasnya sebagai polisi sejak 2011. Sepengetahuan Jumiati, ia mengenal anaknya sangat tekun dan disiplin dalam menekuni tugas. Hingga menjelang pertengahan Mei lalu, ia tidak memiliki firasat apa-apa jika anak bungsunya tersebut gugur dalam kerusuhan para napi teroris di Mako Brimob. “Tiga hari saya tidak dapat kabar apa-apa, setelah melihat berita saya coba kontak tapi tidak bisa dihubungi, lalu saya hubungi istrinya, baru dapat kabar,” kenangnya.
Meski anaknya gugur dalam kerusuhan para napi teroris, namun Jumiati tetap berbesar hati dan berusaha tabah. Menurutnya, Briptu Fandi telah melaksanakan tugasnya dan gugur saat bertugas. “Saya ikhlas menerima cobaan ini, sudah menjadi tugas polisi tetap berjuang melawan terorisme, ” katanya.
Sulastama, anggota Kagama, menuturkan penggalangan dana santunan dilakukan oleh sesama alumni UGM lewat jejaring media sosial. Ia menuturkan penyerahan bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian sesama anggota Kagama terhadap Briptu Fandi yang merupakan alumnus UGM. “Bantuan ini sudah terkumpul sejak lama, namun kita menunggu momen yang tepat untuk bertemu keluarga guna menyerahkan bantuan ini, itu pun setelah menunggu 40 hari setelah wafatnya Briptu Fandi,” kata inisiator penggalangan dana ini.
Mas Komo, demikian ia akrab disapa, menambahkan para alumni UGM menyampaikan rasa simpati yang mendalam setelah mengetahui ada alumni menjadi korban kerusuhan Mako Brimob. Selain itu, kata Komo, alumni UGM tetap mengutuk keras segala bentuk aksi terorisme di Indonesia. “Sebagai alumni UGM, kita mengutuk aksi teror dan segala bentuk kegiatan terorisme,” katanya.
Rektor UGM menyampaikan penyerahan bantuan ini sebagai bentuk dukungan moral kepada keluarga Briptu Fandi untuk tetap bersemangat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari sepeninggal Briptu Fandi yang gugur saat menjalankan tugas. “Perjuangan almarhum yang luar biasa melawan terorisme, kita tergerak memberikan santunan, kita tahu bung Fandi meninggalkan seorang istri dan anak yang masih balita, tentu membutuhkan dana, meski tidak seberapa yang bisa kita bantu,” kata Rektor.
Rektor menjelaskan Briptu Fandi menyelesaikan pendidikan sekolah vokasi di Fakultas Hukum. Selama kuliah, Fandi dikenal aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. “Beliau angkatan 2008, selama mahasiswa aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)