Yogyakarta (18/8) – Perubahan iklim menjadi ancaman yang kian nyata bagi bumi. Berbagai negara gencar melakukan gerakan bersama mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals disingkat SDGs) dalam beberapa inisiatif, diantaranya melalui pengurangan emisi karbon dengan penggunaan energi baru terbarukan. Pemerintah Indonesia dalam komitmennya sesuai Paris Agreement, sebuah kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim, berupaya memenuhi target 23% bauran energi di tahun 2025. Komitmen untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan sinergi multi stakeholders, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, institusi pendidikan, serta perusahaan swasta. Perguruan tinggi sebagai stakeholders yang memiliki peranan penting dalam edukasi, penelitian dan pengembangan teknologi energi surya, diharapkan dapat mencetak generasi muda yang dapat mengembangkan energi hijau, khususnya tenaga surya sebagai alternatif sumber energi listrik.
“Sekolah Vokasi UGM akan terus menggandeng mitra salah satunya yaitu SUN Energy sepakat dalam menjalin kerjasama sesuai Tridharma Perguruan Tinggi dengan harapannya dapat dilaksanakan secepatnya di tahun ini. Kegiatan belajar-mengajar yang menghadirkan dosen praktisi dari SUN Energy untuk mendukung pengembangan kurikulum baru mengenai energi baru dan terbarukan, pelaksanaan program pengabdian masyarakat di beberapa desa, hingga penelitian teknologi tenaga surya diharapkan bisa mencetak lulusan yang berkualitas dan siap kerja di industri masa depan, dan mendorong sumber daya manusia untuk terus meningkatkan pendidikan di bidang ini hingga jenjang yang tinggi.” Ungkap Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, Dekan SV UGM
PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) adalah salah satu pengembang proyek sistem tenaga surya terbesar di Indonesia, yang telah mengantongi proyek tenaga surya sebesar 80 MWp dalam kurun waktu 5 tahun sejak berdiri pada tahun 2016. SUN Energy telah berpengalaman memasang panel surya di daerah perumahan, gedung perkantoran, pabrik, pusat perbelanjaan, kampus, hotel, pom bensin, area pertambangan, perkebunan bahkan daerah terpencil yang belum dialiri listrik. Dipercaya oleh salah satu perusahaan blue chip di Indonesia, SUN Energy bekerja dengan mitra teknologi terdepan untuk memberikan produk yang berkualitas, aman, dan efisien. Sebagai mitra jangka panjang, SUN Energy memberikan solusi terintegrasi, mulai dari konsep, desain, konstruksi seperti penentuan lokasi dan perizinan proyek, beragam model pembiayaan termasuk nol investasi bagi pelaku bisnis, hingga penyediaan pemeliharaan setelah pemasangan sistem tenaga surya. Komitmen utama SUN Energy adalah mengambil peran untuk mengatasi perubahan iklim dengan menyediakan akses energi bersih baru dan terbarukan sehingga para pelanggan mendapatkan efisiensi energi dan penghematan biaya dari kenaikan tarif listrik setiap tahun.
“Bentuk komitmen SUN Energy kepada SV UGM ini diwujudkan melalui empat poin, yaitu implementasi pembangunan PLTS sebagai energi alternatif di bangunan kampus, pengembangan Tempat Uji Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Profesi di sektor energi tenaga surya, peningkatan pengetahuan melalui kuliah umum dengan dosen tamu dari SUN Energy satu bulan sekali, penyerapan tenaga sumber daya manusia menjadi karyawan magang, hingga pengabdian masyarakat di daerah KKN,” tutup Garry Perdana.
“Demi menurunkan dampak emisi gas rumah kaca, penyediaan energi bersih melalui energi surya menjadi salah satu strategi yang paling mudah dan tepat saat ini. Berdasarkan grand strategi energi nasional 2020 -2035, pemerintah mengharapkan tambahan pembangkit listrik energi baru terbarukan sebesar 38 GW dengan prioritas pada pembangkit listrik tenaga surya mengingat potensi tenaga surya yang berlimpah, kecepatan konstruksi dan harga yang semakin kompetitif. Pemerintah membutuhkan dukungan bersama, baik pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan generasi muda. Keterlibatan akademisi maupun generasi muda melahirkan inovasi baik dalam pengembangan EBT, pemanfaatan energi surya dan sosialisasi kepada masyarakat. Kementerian ESDM menyambut baik kerjasama ini, serta berharap kegiatan ini dapat berkontribusi maksimal terhadap pengembangan EBT khususnya tenaga surya dan juga menjadi inisiatif bagi pendidikan tinggi lainnya,” ujar Chrisnawan Anditya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan KESDM.
Menurut Fabby Tumiwa, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), setiap 1 GW akan membuka lapangan kerja hingga 20.000 – 30.000 dan transisi energi hijau ini diproyeksikan akan menciptakan 3,6 juta lapangan kerja hingga tahun 2050.
“Urgensi penggunaan energi baru terbarukan sudah sangat terasa di Indonesia. Melalui kerjasama yang diinisiasi oleh SUN Energy dan SV UGM, kami berharap bisa dilakukan dengan 2.200 institusi lainnya, mulai dari Universitas, Institut, dan Politeknik. Kerjasama ini wujud nyata link and match antara industri dengan institusi pendidikan serta sebagai center of excellence dan project based learning bagi dosen dan mahasiswa untuk belajar langsung dari kasus nyata di industri,” tegas Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
SUN Energy berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan energi surya, serta mengembangkan kolaborasi dengan pihak-pihak kompeten untuk mempercepat visi Indonesia dalam menciptakan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan tenaga surya.