Riset SV UGM Teliti Strategi Storytelling di Instagram Reels Tiga Merek Multinasional

Yogyakarta (17/07) — Penelitian dosen dan mahasiswa dari Prodi Sarjana Terapan Bahasa Inggris Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada tengah mengkaji strategi storytelling dalam kampanye public relations (PR) yang dilakukan oleh tiga merek multinasional di Indonesia melalui konten Instagram Reels. Studi ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana elemen linguistik digunakan untuk membentuk citra merek dan membangun keterlibatan emosional dengan audiens media sosial.

Ilustrasi analisis konten Instagram Reels dari merek-merek ternama seperti Traveloka, Google, dan L'Oréal.
Ilustrasi analisis konten Instagram Reels dari merek-merek ternama seperti Traveloka, Google, dan L’Oréal.

Penelitian ini mengambil tiga merek yang mewakili tiga industri berbeda, yaitu @traveloka.id (pariwisata), @google.indonesia (teknologi), dan @lorealindonesia (kecantikan). Data dikumpulkan dari konten Instagram Reels berbahasa Indonesia dengan code mixing bahasa Inggris yang dinilai mencerminkan gaya komunikasi khas anak muda Indonesia saat ini.

Dalam tahap laporan kemajuan, peneliti telah berhasil mengumpulkan dan mentranskripsi 33 konten Reels dari ketiga akun resmi tersebut. Temuan awal menunjukkan bahwa seluruh merek secara konsisten menggunakan pilihan leksikal yang bersifat emosional, inklusif, dan persuasif dalam narasi storytelling mereka. Selain itu, ditemukan pula struktur kalimat majemuk, penggunaan pertanyaan retoris, dan ajakan langsung yang memperkuat daya tarik komunikasi merek kepada publik.

“Penelitian ini menggabungkan tiga pendekatan analisis yang bersifat deskriptif dan interpretative, yaitu analisis naratif, analisis leksikal berbasis korpus, dan analisis multimodal.” ujar Erlin Estiana Yuanti, selaku ketua tim penelitian. “Penelitian ini tidak hanya menelaah isi verbal, tapi juga bagaimana berbagai mode seperti gambar, suara, dan teks bekerja sama menyampaikan makna. Hal ini penting untuk memahami dinamika komunikasi digital di era visual seperti sekarang,” tambahnya.

Peneliti menemukan bahwa industri pariwisata cenderung menghadirkan cerita personal dan emosional tentang keluarga atau kenangan perjalanan, industri teknologi menggunakan pendekatan informatif dan solutif, sedangkan industri kecantikan banyak menekankan pada self-love dan transformasi diri.

Melalui hasil akhir penelitian ini nantinya, tim berharap dapat menjawab apakah strategi storytelling berbeda tergantung pada karakteristik industri, serta mengidentifikasi pola storytelling yang umum dan yang khusus digunakan dalam konteks industri tertentu.

Kegiatan ini menjadi bagian dari pengembangan kolaboratif antara dosen dan mahasiswa dalam rangka penguatan kompetensi riset terapan di bidang komunikasi digital dan public relations di era media sosial. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan studi linguistik terapan, komunikasi strategis digital, serta memberikan wawasan praktis bagi pelaku industri kreatif dalam merancang konten digital berbasis narasi yang lebih efektif dan berdampak.
Penulis: Erlin Estiana Yuanti, S.S., M.A.