Yogyakarta, Mei 2024 – Tim peneliti dari Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan analisis mendalam terhadap ulasan Google untuk sepuluh kedai kopi lokal di Yogyakarta. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun banyak kedai kopi memiliki rating keseluruhan yang tinggi (di atas 4,5 bintang), hal ini tidak menjamin tidak adanya ulasan bintang satu. Sejumlah ulasan bintang satu ini menyoroti area ketidakpuasan yang signifikan di kalangan pelanggan, menunjukkan bahwa masih ada isu kritis yang perlu ditangani.
Penelitian ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 8, yang mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, SDG 9, yang mendorong industri, inovasi, dan infrastruktur, serta SDG 12, yang mengadvokasi konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Dengan fokus pada umpan balik pelanggan, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dan diversifikasi industri dalam sektor kedai kopi lokal.
Menggunakan perangkat lunak analisis data kualitatif, atlas.ti, tim peneliti dengan cermat memeriksa sentimen pelanggan yang diungkapkan dalam ulasan positif, netral, dan negatif. Terlebih, wawasan terkait tema-tema yang muncul dalam ulasan bilang satu yang dikaji dalam penelitian ini sangat penting bagi bisnis kedai kopi lokal yang ingin meningkatkan layanan mereka dan memenuhi harapan pelanggan.
Penelitian ini menekankan pentingnya memahami tingkat konsumen dan pengalaman mereka. Ini menyarankan agar kedai kopi tidak hanya fokus pada mempertahankan rating tinggi tetapi juga secara aktif terlibat dengan umpan balik pelanggan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah. Pendekatan proaktif ini dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan, yang pada akhirnya berkontribusi pada produktivitas ekonomi industri kopi lokal.
Lebih jauh lagi, penelitian ini menyoroti potensi diversifikasi industri dalam dunia kopi Yogyakarta. Dengan menangani kekhawatiran yang diungkapkan dalam ulasan bintang satu, kedai kopi dapat membedakan diri mereka di pasar yang kompetitif. Diferensiasi ini dapat menarik basis pelanggan yang lebih luas, mendorong inovasi dan pertumbuhan dalam ekonomi lokal.
Temuan ini juga menekankan perlunya praktik konsumsi yang bertanggung jawab. Saat kedai kopi berusaha meningkatkan layanan mereka, mereka juga harus mempertimbangkan praktik pengadaan yang berkelanjutan dan manajemen limbah. Ini sejalan dengan SDG 12, yang mempromosikan pendekatan yang lebih bertanggung jawab terhadap produksi dan konsumsi dalam industri kopi.
Penelitian ini tidak hanya memberikan gambaran tentang kondisi terkini industri kopi di Yogyakarta tetapi juga memberikan peta jalan untuk perbaikan di masa depan. Seiring dengan berkembangnya budaya kopi di Yogyakarta, penting bagi bisnis lokal untuk tetap responsif terhadap umpan balik pelanggan. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat memastikan kesuksesan dan keberlanjutan jangka panjang di pasar yang terus berkembang.
Penulis: Alfelia Nugky Permatasari