Jakarta, 1 Juli 2025 — Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM), Prof. Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, menghadiri Rapat Koordinasi Vokasi dan Kemitraan Industri yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Kantor Kemenko PMK, Jakarta. Rapat ini bertujuan memperkuat sinergi antara dunia usaha dan dunia industri (DUDIKA), perguruan tinggi, serta pemerintah dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM) nasional. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari Kemenko Perekonomian, Kemendidasmen, Kemendiktisaintek, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan, KADIN, Politeknik negeri, Sekolah Vokasi berbagai Perguruan tinggi, perwakilan industri, universitas dan lembaga china, Indonesia Businness Council serta Tim Koordinasi Daerah Vokasi.

Rapat ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran atas proyeksi peningkatan angka pengangguran dari 5,0% pada tahun 2025 menjadi 5,1% di 2026 (data IMF). Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor menjadi krusial untuk memastikan SDM Indonesia mampu menghadapi tantangan global dan nasional. Selain itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Ojat Darojat, mengungkapkan adanya tantangan utama dalam kesenjangan keterampilan lulusan pendidikan dengan kebutuhan riil industri. “Data dari APINDO menyebutkan 70 persen perusahaan TIK kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang sesuai. Ini alarm serius. Artinya, kita harus memperkuat link and match secara sistemik,” ujar Ojat.
Dalam forum tersebut, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) menyampaikan bahwa di DIY, telah terbentuk Konsorsium Kemitraan DIY melalui Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diluncurkan oleh LPDP dan Mitras DUDI sejak tahun 2023 lalu. Selain itu, Dekan Sekolah Vokasi, Prof.Dr.-Ing.Ir. Agus Maryono, IPM. ASEAN Eng. yang hadir pada rapat tersebut menekankan pentingnya penguatan pendidikan vokasi melalui program magang, kerja praktik, pelatihan, dan rekrutmen tenaga kerja berbasis kebutuhan industri. SV UGM juga mengusulkan peningkatan kapasitas vokasional di tingkat mahasiswa, SMA, dan SMK untuk memperkuat kontribusi SDM terhadap pembangunan di berbagai sektor.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Kemenko PMK yang menilai perlu ada peran yang lebih aktif dari industri dalam proses pendidikan vokasi. Kolaborasi antara politeknik, SMK, dan dunia usaha masih belum merata. Hanya sekitar 30 persen SMK dan politeknik yang memiliki kemitraan formal. Padahal, keterlibatan industri sangat krusial dalam pemagangan, riset terapan, hingga pengembangan kurikulum. “Industri tidak bisa hanya duduk menunggu lulusan siap kerja. Mereka harus ikut dalam proses mencetaknya,” tegas Ojat.
SV UGM menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan Dunia Usaha, Dunia Industri dan Dunia Kerja (DUDIKA) dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan lintas jenjang. SV UGM juga selalu hadir dalam rapat koordinasi bersama Tim Koordinasi Daerah Vokasi (TKDV) DIY. Selain itu, SV UGM juga terbuka terhadap kerja sama internasional melalui pelatihan, penelitian terapan, dan program double degree bersama perguruan tinggi luar negeri. Beberapa kerja sama internasional yang sudah berjalan antara lain dengan Liu Gong, Nanjing University of Aeronautics and Astronautics, Jiangsu University of Technology, dan Chengdu Textile College.
Dalam membangun SDM, SV UGM selalu mengacu pada prinsip Sustainable Development Goals (SDGs), dengan memastikan bahwa pembangunan manusia memperhatikan keseimbangan antara akses terhadap pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja dengan mendorong kemitraan pendidikan dengan industri untuk memperkuat kesiapan kerja lulusan vokasi dan pertumbuhan ekonomi inklusif, untuk inovasi dan penguatan kapasitas teknologi, serta memperkuat kemitraan multi-pihak antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.