Yogyakarta, Melihat banyaknya penggunaan obat-obatan alami di tengah masyarakat, mahasiswa SV UGM tertarik melakukan penelitian untuk menguji secara ilmiah kandungan bunga bintang lima yang sudah sering digunakan masyarakat sebagai obat mata. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji apakah bunga bintang lima mengandung zat yang dapat mengobati penyakit mata, khususnya iritasi mata. Masyarakat pedesaan, salah satunya di Yogyakarta, sering memanfaatkan obat tradisional untuk mengobati penyakit tertentu sesuai anjuran yang sudah turun temurun. Penggunaan obat tradisional dilakukan masyarakat karena bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, tanpa efek samping, serta harganya yang relatif lebih murah. Salah satu wujud dari pemanfaatan bahan alam tersebut adalah penggunaan bunga bintang lima (Isotoma longiflora) sebagai obat iritasi mata, seperti mata gatal, mata merah karena infeksi, terlalu lama menatap ponsel atau komputer, dan gangguan mata lainnya.
Iritasi mata yang paling sering terjadi adalah iritasi mata pada selaput konjungtiva yang disebut dengan konjungtivitis. Konjungtivitis ialah radang pada konjungtiva yang dapat disebabkan oleh bakteri, klamidia, virus, parasit, riketsia, alergi, dan radiasi sinar ultraviolet (fotoelektrik). Konjungtivitis merupakan penyakit mata tersering yang menyebabkan keluhan mata merah. Insidensi di Indonesia mencapai 73% dari total kunjungan di poli mata pada tahun 2009. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, riketsia, dan radiasi elektromagnetik. Dari hasil penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa kandungan yang terdapat dalam etanol dapat memberikan aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri patogen yaitu Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typi, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, dan Vibrio sp. Bunga bintang lima yang digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat dideterminasi di Fakultas Biologi UGM untuk menjelaskan secara detail spesifikasi dari bunga tersebut.
Kemudian, untuk membuktikan adanya khasiat anti bakteri, kami melakukan pengujian keberadaan senyawa etanolik pada bunga bintang lima di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Pengujian yang dilakukan berupa uji fitokimia ekstrak bunga bintang lima secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mendapatkan ekstrak bunga bintang lima, kami membuat ekstrak dengan proses ekstraksi maserasi di LPPT UGM. Hasil uji fitokimia ekstrak menunjukkan bahwa bunga bintang lima memiliki kandungan senyawa etanolik yang meliputi 4,71% alkaloid, 39,80% tannin, 1,90% flavonoid, 35,14% saponin, dan 1,21% steroid. Lima jenis senyawa tersebut merupakan senyawa etanolik yang dapat menghambat berkembangnya bakteri. Karena bunga bintang lima memiliki komposisi senyawa etanolik, maka bunga bintang lima berpotensi sebagai obat iritasi mata.
Setelah dilakukan uji fitokimia di LPPT UGM, kami melakukan penelitian pada kelinci penelitian (Oryctolangus caniculus) untuk membuktikan secara empiris sesuai kebiasaan masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan di Animal House Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM selama 10 hari dengan 3 hari adaptasi hewan dan 7 hari perlakuan. Kelinci yang digunakan yaitu kelinci yang berusia enam bulan dan dalam kondisi tidak sedang mengalami sakit mata. Metode yang dilakukan adalah dengan mengelompokkan kelinci menjadi empat kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Awalnya, kelinci diiritasi menggunakan saline (NaCl 0,9%) dengan cara subconjungtival injection.
Tanda adanya iritasi pada mata kelinci adalah ketika mata kelinci berwarna kemerahan. Pemberian saline dilakukan setelah kelinci dibius secara intraperitoneal menggunakan ketamine dan xylazine dengan kadar yang telah ditentukan. Setelah kelinci diiritasi, sebagian kelompok kelinci diberi tetesan bunga bintang lima dengan kadar yang berbeda dan sebagian kelompok tidak ditetesi bunga bintang lima karena digunakan sebagai pembanding. Pemberian tetesan bunga bintang lima pada beberapa kelompok kelinci menunjukkan bahwa mata kelinci yang diberi bunga bintang lima dengan kadar tiga tetes per hari lebih jernih daripada mata kelinci yang diberi tetesan bunga bintang lima dengan kadar satu tetes per hari. Penelitian pada hewan ini akan dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik.