Gamelan merupakan alat musik tradisional yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, bahkan di dunia internasional sudah banyak yang melirik gamelan dan melakukan riset seputar gamelan. Namun, bagi penyandang disabilitas seperti tuna netra masih sulit untuk memainkannya. Hal ini disebabkan karena pengadaan gamelan yang cukup mahal serta butuh pembelajaran yang extra bagi tuna netra.
Mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok PKM-KC 2017, yakni Fadil Fajeri (SV, teknik elektro), Dinar Sakti Candra Ningrum (SV, Elins), Muhammad Ali Irham (SV, Elins), Sapnah Rahmawati (SV, Ekonomi Terapan), dan Musfira Muslihat (Psikologi) membuat sebuah alat musik gamelan yang dikhususkan bagi penyandang tuna netra, bernama E-gamatuna.
Gamelan tidak sekedar alat musik yang mengeluarkan nada, tetapi juga memiliki nilai-nilai etika, estetika, dan moral. Nilai-nilai inilah yang harus diimplementasikan dengan memfasilitasi tuna netra untuk tetap dapat memainkan gamelan agar tuna netra pun dapat turut ikut serta berkontribusi dalam mempromote budaya Indonesia.
Dibawah bimbingan Maun Budiyanto, S.T., M.T., yang juga merupakan Dosen Prodi Teknik Elektro SV UGM, tim E-Gamatuna dipersiapkan untuk lolos PIMNAS 2017.
E-gamatuna sendiri dikhususkan untuk gamelan balungan dengan tiga instrumen yaitu demung, saron, dan peking. Selain itu, E-gamatuna mengadaptasi metode pelatihan gamelan dengan notasi kepatihan. Notasi kepatihan ini merupakan notasi angka dalam bahasa jawa, yaitu ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi. Berdasarkan inovasi yang telah dilakukan Mahasiswa UGM tersebut, Tim E-gamatuna juga berkesempatan untuk tampil dalam Expo Sains dan Teknologi yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada jumat 19 Mei 2017.