Eka, Peraih Artwork Terbaik di International Day for Mine Awareness and Assistance in Mine Action

Luar biasa. Eka Hafsari, Mahasiswa D3 Manajemen SV UGM tahun 2017 berhasil memenangkan kompetisi International Day for Mine Awareness and Assistance in Mine Action yang diadakan di Phnom Penh, Kamboja pada 3 s.d 4 april 2019. Kompetisi yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Internasional Kepedulian Ranjau ini, diikuti  32 peserta dari 10 Negara ASEAN termasuk Indonesia. ASEAN Regional Mine Action Center (ARMAC) tentunya yang mengadakan sebuah kompetisi tersebut “Call for Applicants” untuk para pemuda di ASEAN yang memiliki kreativitas kepedulian terhadap ranjau darat dituangkan dalam bentuk esai/artwork. 3 esai/artwork terbaik dari tiap Negara di ASEAN akan mendapatkan sponsorship fully funded untuk mengikuti acara International Mine Awareness Day, dan Eka menjadi salah satu dari tiga orang terbaik dalam artwork tersebut.

Tentu Eka mengikuti kompetisi bergengsi itu tanpa suatu alasan, kepeduliannya terhadap Indonesia begitu besar, walaupun Indonesia merupakan member Negara ASEAN yang tidak termasuk negara yang rawan ranjau jika dibandingkan dengan Myanmar, Kamboja, Vietnam, dan Laos, bukan berarti Indonesia bebas ranjau dan tidak peduli terhadap ranjau, karena keamanan dan ketahanan suatu negara itu adalah kewajiban sesama untuk saling menjaga.

Selama di sana, Eka melakukan field trip dengan mengunjungi tempat militer training tentang ranjau. Kemudian, dilanjutkan dengan mengunjungi tempat disabilitas korban ranjau, dia juga mengikuti seminar dan pelatihan yang mendatangkan direktur dari berbagai organisasi yang berhubungan dengan pengelolaan ranjau. Eka juga melakukan Forum Group Discussion (FGD) dengan finalis lain dari berbagai negara. Pesertanya pun bervariasi dari seluruh negara yang berada di seluruh ASEAN, dari 500 pendaftar yang kemudian terpilih 3 tiap negara sehingga yang datang 30 orang finalis.

 “Saya bahagia karena action plan yang telah saya rancang dapat memberikan ilmu kepada berbagai negara lain, dan yang lebih penting saya mendapatkan ilmu dari negara lain untuk menambah wawasan saya untuk berbagi ke teman di indonesia bahwa kita harus peduli ranjau.” tuturnya.

Dengan begitu, semoga kepedulian masyarakat semakin meningkat terhadap ranjau meskipun Indonesia merupakan negara ASEAN yang tidak termasuk negara yang rawan ranjau dibandingkan negara lain.