Mahasiswa SV UGM Hubungkan Seni ke Era Digital Melalui Karya Lukita

Seni budaya Indonesia telah lama menjadi kekayaan yang memiliki unsur keindahan yang dilakukan turun temurun. Dalam upaya membawa keindahan seni ke dalam dunia digital, dua mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada mengembangkan Lukita, sebuah aplikasi mobile android e-commerce seni dan budaya. Lukita adalah platform e-commerce yang berperan sebagai perantara antara seniman dan peminat seni, kolektor, atau individu yang tertarik untuk membeli karya seni atau menggunakan jasa seniman. Lukita, yang merupakan startup dengan fokus pada produk dan layanan, tidak hanya menawarkan barang seni tetapi juga menyediakan berbagai jasa yang diberikan oleh seniman.

Lukita terbentuk dari kolaborasi tiga mahasiswa UGM, yaitu Ahmad Syahruddin dan Lasyitha Azzahra dari Sekolah Vokasi prodi Teknologi Rekayasa Internet, Ardelia Saphira Wedo Putri dari Fakultas MIPA prodi Statistika serta Fadhil Wicaksono Nur Rahman (UPNVY), Kadek Prima Giant Marta Dinata (UNDIKSHA), dan Putu Suardana (UNDIKSHA). Kolaborasi ini hasil dari program Bangkit Academy 2023 Batch 1 bagian Studi Independen Kampus Merdeka Kemendikbud Ristek yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Dikti dan Google. Platform ini bahkan berhasil masuk dalam Top 20 Best Capstone Project dari 787 project – Bangkit Academy (Google, Goto, Traveloka).

Ide Lukita berawal dari keprihatinan terhadap kondisi seni dan budaya di Indonesia. Meskipun Indonesia kaya akan kekayaan seni yang luar biasa, banyak seniman lokal yang menghadapi kesulitan dalam memasarkan karya mereka. Kendala utama melibatkan keterbatasan akses pasar seni lokal dan kurangnya pemahaman tentang seni lokal. Dengan fitur Art Searching Using Image Detection, Lukita memungkinkan pengguna untuk menjelajahi seni dari gambar apa pun yang mereka ingin miliki.

“Lukita merupakan aplikasi mobile berbasis AI yang masih jarang ditemukan di Indonesia khususnya sebagai jembatan antara seniman dan penikmat seni di era transformasi digital ini. Dengan adanya Lukita, kolaborasi di bidang seni akan semakin mudah tanpa adanya batasan ruang dan waktu” Ujar Yuris Mulya Saputra, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Dosen Pembimbing dari Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah Vokasi mengenai Lukita.

Lukita, sebagai sebuah inovasi teknologi di dunia seni, juga hadir sebagai respons terhadap ancaman seni palsu yang muncul akibat perkembangan kecerdasan buatan. Dengan hadirnya AI dalam dunia seni, semakin meningkat pula potensi terciptanya karya seni palsu yang sulit dibedakan. Lukita hadir sebagai solusi dengan memberikan rasa percaya kepada para penggemar seni. Melalui platform ini, seniman memiliki wadah untuk secara langsung memamerkan dan memasarkan karyanya. Ini bukan hanya sekadar platform identifikasi seni, melainkan juga sebuah komunitas di mana seniman dapat berinteraksi langsung dengan penggemar, memberikan keaslian dan keterbukaan yang sulit dicapai dalam lingkungan seni tradisional.

“Dengan adanya Lukita, kita dapat dengan mudah membeli karya seni dari yang sebelumnya harus mengikuti pameran dan lelang” ujar pemilik Vice & Virtue Gallery.

Dari pandangan Mentor dari Lukita, Taufiq Defadri, Partnership & Communication Officer Bangkit Academy, menambahkan, “Saya dengan yakin melihat potensi besar yang dimiliki

Lukita sebagai jembatan antara individu dan seniman. Lukita tidak hanya memberikan akses mudah ke dunia seni, tetapi juga membuka pintu menuju keindahan seni yang terkadang tersembunyi di tengah gemerlap era modern. Keberadaan Lukita membantu menghidupkan kembali apresiasi terhadap seni di tengah kemajuan teknologi, menciptakan ruang bagi kolaborasi dan kekreatifan yang tak terbatas dalam dunia seni.”

Selanjutnya, Lukita berencana menyelenggarakan suatu event peresmian aplikasi serta talkshow bersama tiga pembicara di bawah tema “Membuka Gerbang Kreativitas: Menjelajahi Dunia Seni melalui Talkshow Kolaboratif dengan Aplikasi Lukita” yang akan diadakan pada tanggal 16 Desember 2023 di gedung TILC. Event ini juga membawa sejumlah mitra UKM dari UGM, UPNVY, dan ISI Yogyakarta.

Penulis: Lasyitha Azzahra

Editor : HUMAS SV UGM

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*