Film “Setan Alas” (The Draft!) yang merupakan hasil kolaborasi antara siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mahasiswa, dan dosen, telah berhasil menembus seleksi dan memenangkan kompetisi bergengsi Indonesian Screen Awards di Jogja-Netpac Asian Film Festival dengan kategori Best Editing, Best Storytelling, hingga yang paling bergengsi, Best Film pada Sabtu (2/12) malam.
“Setan Alas!” merupakan buah karya yang menggambarkan semangat kolaborasi lintas disiplin dalam industri kreatif. Dalam film ini, terjalin sinergi luar biasa antara siswa yang masih dalam tahap pembelajaran, mahasiswa yang penuh semangat, dan dosen yang berpengalaman dalam mengarahkan proses kreatif. Yusron Fuadi sebagai sutradara Setan Alas, tercatat sebagai dosen Departemen Teknik Elektro dan Informatika (DTEDI) Sekolah Vokasi (SV) UGM sekaligus mahasiswa S3 di Pengkajian Seni Rupa dan Seni Pertunjukan – Sekolah Pascasarjana – UGM. Film ini juga diproduseri oleh Fani Pramuditya, Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis SV UGM, beserta beberapa dosen di SV UGM, dan Munandar Aji Wibowo, alumni SV UGM. Selain itu, lebih dari 200 siswa SMK, mahasiswa dan dosen dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi terlibat dalam proses produksi Film Setan Alas, antara lain SMKN 6 Yogyakarta, SMKN 7 Semarang, SMKN 6 Solo, SMKN 3 Batu, SMKN 2 Palu, SMK Wikrama Bogor, Sekolah Vokasi UGM, Fisipol UGM, Kehutanan UGM, Teknologi Pertanian UGM, Teater Gadjah Mada, Akademi Film Yogyakarta (JFA), Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta, UMY, AMIKOM, UDINUS, BINUS, UAS, ISI Bali, dan ISI Jogja.
Film ini merupakan sebuah karya hasil Project-Based Learning (PBL) yang melibatkan siswa, mahasiswa, serta dosen dan praktisi di bidang seni perfilman dan produksi media. “Dalam proses produksi film ini, banyak kolaborasi yang terjalin melalui PBL, mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis mengerjakan riset pasar dan marketing film melalui mata kuliah Riset Pasar dan Bisnis Digital,” ujar Fani Pramuditya, selaku produser Setan Alas. “Mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Informatika SV UGM mengerjakan game Ganyang Setan Alas sebagai upaya marketing film. Selain itu mereka juga membantu dalam proses produksi terkait lighting, talent coordinator, makeup, wardrobe, special effect, visual effect dan pembuatan animasi dalam film. Dan ada juga anak SMK yang membantu mengerjakan make up zombie, menjadi talent figuran zombie, serta membantu dalam proses editing dan shooting sebagai kru.” tambahnya. Hal ini juga semakin membuktikan bahwa Pendidikan Vokasi dapat menghasilkan karya kolaboratif melalui metode pembelajaran Project-Based Learning yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek.
Kemenangan Setan Alas di kategori best editing menjadi sebuah pencapaian besar bagi seluruh pihak yang menyukseskan garapan film ini, mulai dari orang-orang di belakang layar maupun para pemeran di depan layar. “Setan Alas!” menarik perhatian juri dengan narasi yang kuat, penggarapan editing yang presisi, dan untuk keberhasilannya dalam menggabungkan komedi dan horor sebagai meta-commentary tentang penderitaan dan pada akhirnya, kegembiraan dalam pembuatan film. Film ini bukan seperti film horor pada umumnya, Yusron Fuadi atau yang akrab disapa Mas Yos selaku sutradara film ini mengumumkan bahwa “Setan Alas! adalah film horor yang “agak lain”, tentunya penonton akan diajak sedikit berpikir dalam film ini, mencari tahu kejutan apa yang mengancam pemeran utama.
Dalam wawancara terkait pencapaian ini, Mas Yos menyatakan, “Kami sangat bersyukur dan bangga bisa menghadirkan karya kolaboratif ini dalam panggung kompetisi bergengsi. Ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara generasi muda dengan bimbingan yang tepat dapat menciptakan karya yang memiliki dampak dan potensi besar di industri film Indonesia.”
Film “Setan Alas” telah menarik perhatian penonton sejak pertama kali diputar dalam festival-festival film regional. Tiga kemenangannya dalam Indonesian Screen Awards pada Jogja-Netpac Asian Film Festival menjadi tonggak prestasi yang membanggakan bagi seluruh tim kreatif di balik layar. Tonggak prestasi karena beberapa film kompetitor adalah produksi dari PH besar di Jakarta. Terlebih lagi menurut kritikus Hikmat Darmawan, Setan Alas adalah horror ugal-ugalan yang original dan tidak hirau untuk sangat memahami manusia dan berasyik masyuk dengan pemahaman tentang medium film dan genre horor, segar dan gila.
Kemenangan “Setan Alas” tidak hanya menjadi pencapaian bagi mereka yang terlibat dalam produksi film, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi lintas generasi dalam menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas tinggi. Kemenangan Setan Alas adalah kembalinya apresiasi terhadap imajinasi tanpa batas.
Teks: Humas Sekolah Vokasi UGM