Yogyakarta, 14 Oktober 2024 – Di era di mana warisan budaya dan identitas komunitas semakin diakui sebagai komponen vital dari pembangunan kota yang berkelanjutan, sebuah proyek penelitian inovatif sedang berlangsung untuk membandingkan lanskap linguistik dari dua kota bersejarah: Malaka di Malaysia dan Yogyakarta di Indonesia. Penelitian ini, yang berlangsung dari Januari hingga Oktober 2024, merupakan bagian dari roadmap penelitian yang ditetapkan oleh Departemen Bahasa Seni dan Manajemen Budaya, dengan fokus pada kebutuhan pemangku kepentingan dan sejalan dengan flagship research Universitas Gadjah Mada (UGM) tentang ketangguhan sosial, budaya, dan masyarakat.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kesamaan universal, keterkaitan, dan fenomena linguistik yang terkait dengan persepsi masyarakat terhadap kedua kota bersejarah ini. Dengan memeriksa lanskap linguistik Malaka dan Yogyakarta, studi ini berusaha mengungkap karakter masyarakat di sekitar situs-situs bersejarah ini melalui penggunaan bahasa mereka. Penelitian sosiolinguistik ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa mencerminkan emosi dan persepsi masyarakat lokal terhadap warisan budaya mereka.
Penelitian ini akan fokus pada dua landmark spesifik: jalan-jalan di Malaka yang bersejarah dan landmark sumbu kosmologi di Yogyakarta. Data yang dikumpulkan akan terdiri dari emosi subjektif dan persepsi visual dari masyarakat mengenai lanskap linguistik, dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Responden akan mencakup mahasiswa Generasi Z dari kedua negara, yang dipilih melalui purposive sampling untuk memastikan representasi perspektif yang beragam.
Untuk mengumpulkan data, para peneliti akan menggunakan kuesioner dan panduan wawancara. Responden akan diminta untuk memberikan kesan pertama dan asumsi tentang elemen linguistik yang mereka amati di kota masing-masing. Mereka juga akan mengevaluasi nama merek dan simbol yang terkait dengan lokasi bersejarah mereka. Data yang dikumpulkan dari wawancara akan dianalisis menggunakan perangkat lunak NVivo 19, memungkinkan analisis komprehensif terhadap respons emosional dan perseptual para peserta.
Pertanyaan penelitian dirancang untuk menilai persepsi Generasi Z terhadap lanskap kota bersejarah mereka, dengan fokus pada makna semantik dan aspek sintaksis. Lanskap linguistik di Malaka akan dievaluasi melalui jalan-jalannya, sementara di Yogyakarta, fokus akan diberikan pada dua landmark kunci yang mewakili sumbu kosmologi kota. Studi ini bertujuan untuk menyoroti elemen material dan non-material yang diciptakan atau terkait dengan situs-situs ini, memberikan pandangan holistik tentang lanskap linguistik.
Meskipun minat terhadap studi lanskap linguistik semakin meningkat, penelitian di bidang ini masih terbatas. Namun, beberapa tahun terakhir telah menyaksikan peningkatan studi yang memeriksa lanskap linguistik di masyarakat multikultural dan multibahasa. Lanskap linguistik dapat didefinisikan sebagai bentuk tertulis dari bahasa yang ditampilkan secara publik di berbagai lokasi, termasuk rambu-rambu jalan, papan reklame, nama tempat, papan nama toko, dan papan nama gedung pemerintah. Elemen-elemen ini secara kolektif berkontribusi pada lanskap linguistik suatu wilayah tertentu.
Penelitian ini akan melampaui definisi tradisional lanskap linguistik dengan memasukkan berbagai bentuk komunikasi potensial di ruang publik, seperti selebaran promosi, iklan yang ditampilkan di kendaraan, dan peta untuk wisatawan. Meningkatnya minat terhadap topik ini telah didorong oleh globalisasi, yang telah menyebabkan kesadaran yang lebih besar akan pentingnya bahasa di ruang publik. Menurut para ahli seperti Shohamy dan Kasanga, bahasa yang ditampilkan di ruang publik dapat menunjukkan bahasa mana yang penting dalam konteks tertentu atau memberikan bukti bahasa yang semakin penting secara lokal.
Dengan menganalisis lanskap linguistik Malaka dan Yogyakarta, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang multibahasa dalam masyarakat. Penelitian ini akan memeriksa pilihan bahasa, hierarki bahasa, kontak bahasa, hukum bahasa, dan elemen-elemen yang berhubungan dengan literasi. Akhirnya, temuan diharapkan mencerminkan emosi dan persepsi masyarakat yang terlibat, memberikan masukan berharga untuk pengembangan kota, khususnya dalam kaitannya dengan masyarakat dan warisan budaya.
Seiring dengan berjalannya penelitian ini, diharapkan wawasan yang diperoleh akan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan kedua kota, mendorong apresiasi yang lebih dalam terhadap warisan budaya mereka dan meningkatkan keterlibatan komunitas. Studi ini tidak hanya bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara bahasa dan pembangunan kota, tetapi juga berusaha memberdayakan komunitas lokal dengan mengakui suara dan perspektif mereka dalam membentuk masa depan lanskap bersejarah mereka.