Kulon Progo, 9 Mei 2025 — Center of Excellence (CoE) FabLab Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM menggelar diseminasi hasil kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat di Conference Room, Gedung FRC Sekolah Vokasi UGM. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari program Fab Camp Challenge yang telah sukses diselenggarakan sebelumnya sebagai wahana inkubasi ide-ide inovatif mahasiswa lintas disiplin dan komunitas lokal. Program kolaboratif ini menyinergikan pendekatan teknologi dan pemahaman sosial budaya dalam menjawab tantangan lingkungan di era Antroposen, sekaligus memperkuat keterlibatan masyarakat dalam menyusun solusi berkelanjutan yang kontekstual dan aplikatif.

Dengan mengusung tema “Suara Masyarakat: Lingkungan Sehat di Era Antroposen”, program ini menyasar empat desa di Kabupaten Kulon Progo meliputi Bugel, Mlarangan Asri, Beji, dan Klewonan (Triharjo) yang memiliki karakteristik dan tantangan ekologis berbeda. Kegiatan ini melibatkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk ibu rumah tangga, pemuda, perangkat desa, dan pelaku inovasi lokal, serta didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Kulon Progo dan beberapa dinas teknis terkait.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Sabine Troeger, akademisi tamu dari FIB UGM, menekankan pentingnya pendekatan transdisipliner dalam memahami relasi manusia dan alam. Penelitian yang dilakukan melalui metode Focus Group Discussion (FGD) mengungkap bahwa inovasi lokal seperti greenhouse pertanian organik di Bugel, panel surya di Mlarangan Asri, pengolahan sampah organik berbasis maggot di Beji, dan Bank Sampah di Klewonan telah menjadi bukti nyata partisipasi warga dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Sementara itu, CoE FabLab SV UGM memberikan kontribusi nyata dalam bentuk pendampingan teknis, perancangan alat, dan penguatan kapasitas warga melalui desain teknologi tepat guna seperti Maggot Box dan sistem energi terbarukan. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan memperkuat keberlanjutan lingkungan, tetapi juga berpotensi membuka peluang ekonomi dan kewirausahaan lokal.

“Kami melihat bahwa integrasi antara inovasi sosial dan teknologi dapat menciptakan solusi dan dampak berkelanjutan, terutama jika masyarakat dilibatkan secara aktif sejak awal,” ujar Dr. Eng. Yosephus Ardean Kurnianto Prayitno, S.T., M.Eng., selaku koordinator kegiatan dari pihak Sekolah Vokasi UGM.
Hasil dari kegiatan ini akan dirumuskan dalam bentuk rekomendasi kebijakan untuk mendukung pembangunan daerah berbasis masyarakat, serta dijadikan bahan evaluasi dalam pengembangan program pengabdian dan riset berbasis kebutuhan nyata masyarakat di era Antroposen.
Kegiatan ini juga menjadi wahana pembelajaran kolaboratif antara mahasiswa lintas fakultas dan komunitas lokal, memperkuat peran UGM sebagai universitas kerakyatan yang aktif menjawab tantangan zaman melalui ilmu dan teknologi yang berpihak pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Penulis: FRC Team