Yogyakarta, 19 Agustus 2025 – Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan acara Bedah Buku Restorasi Sungai karya Prof. Dr.-Ing. Agus Maryono, IPM., ASEAN Eng. Acara yang berlangsung di Gedung Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, Lantai 4, Ruang 407C ini dihadiri oleh akademisi, mahasiswa dari kedua perguruan tinggi, serta komunitas peduli sungai dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Dalam sambutannya, Prof. Agus Maryono, selaku Dekan Sekolah Vokasi UGM sekaligus penulis buku Restorasi Sungai, menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak untuk mengembalikan fungsi alami sungai.
“Restorasi sungai bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga menghidupkan kembali ekosistemnya. Kita berharap sungai dapat kembali menjadi tempat hidup ikan, sumber air yang lestari, bahkan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata berbasis ekologi,” ujarnya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Maryadi Utama, S.T., M.Si., turut memberikan dukungan terhadap gerakan ini.
“Restorasi sungai membutuhkan penggerak dan motivasi dari seluruh lapisan masyarakat. Komunitas peduli sungai bisa menjadi kunci, misalnya dengan kegiatan kerja bakti, festival sungai, hingga pengembangan wisata edukasi. Dengan demikian, masyarakat akan lebih terhubung dengan sungai sekaligus menjaga kelestariannya,” jelasnya.
Diskusi yang berlangsung menyoroti urgensi Gerakan Restorasi Sungai Indonesia. Gerakan ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi sungai yang semakin terdegradasi akibat pencemaran dan eksploitasi berlebihan. Restorasi sungai dilakukan untuk memulihkan kembali kualitas air, fungsi ekologis, serta hubungan harmonis masyarakat dengan lingkungannya.
Prof. Agus menambahkan bahwa gerakan ini berangkat dari prinsip sederhana: cinta terhadap sungai.
“Gerakan ini dimulai dengan rasa cinta, yang pertama kali diwujudkan melalui aksi nyata di Sungai Code. Dari situ, semangatnya bisa meluas ke sungai-sungai lain. Caranya sederhana: datangi sungainya, pelajari, lalu jaga. Bentuknya bisa berupa kerja bakti, penataan drainase yang ramah lingkungan, hingga penerapan prinsip ‘ditampung, diresapkan, dan dialirkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” ungkapnya.
Acara ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan komunitas peduli sungai. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, restorasi sungai tidak hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya terkait air bersih, permukiman berkelanjutan, dan perlindungan ekosistem darat.
Penulis: Febriana Trisnawati