Pos oleh :

yoga.dwi.j

Pelatihan DERU UGM dalam rangka penyiapan dan kesiapsiagaan relawan, anggota DERU dan staff dilingkungan UGM

Disaster Response Unit (DERU)

DERU dalam sejarahnya dibentuk sebagai bentuk kepedulian dari UGM terhadap berbagai bencana di Indonesia terutama bencana dalam skala besar dan nasional yang memburuhkan penanganan yang cepat, tepat dan efektif. UGM mempunyai SDM dengan latar belakang berbagai keilmuan yang dibutuhkan masyarakat ketika terjadi bencana. Hampir semua keilmuan yang dibutuhkan dalam tanggap bencana tersebut ada di UGM seperti bidang kesehatan, pertanian, kehutanan, kedokteran hewan, peternakan, fisik struktur dan infrastruktur, sosial kemasyarakatan, psikologi, teknologi dll. Dalam perkembangannya kegiatan DERU tidak hanya bersifat insidentil ketika terjadi bencana namun saat ini kesiapsiagaan terhadap terjadinya bencana menjadi program penting juga, kesiapaan anggota DERU, staf di UGM terhadap kemungkinan bencana internal yang setiap saat mungkin terjadi, menyiapkan masyarakat desa supaya siap terhadap bencana , membangun kerjasama dengan berbagai institusi terkait dan pemda seluruh Indonesia, membuat leaflet dan informasi kepada masayarakat tentang kebencanaan dll.

Beberapa contoh Kegiatan DERU UGM dalam rangka penyiapan dan kesiapsiagaan relawan, anggota DERU dan staff dilingkungan UGM menghadapi berbagai jenis bencana:

  1. Pelatihan simulasi tanggap bencana untuk internal staff UGM
  2. Pelatihan dan workshop tanggap bencana bagi anggota DERU
  3. Penguatan kelembagaan DERU dengan pembentukan struktur kepengurusan dan pembutaan standar operasional prosedur (SOP) untuk kegiatan DERU.
  4. Persiapan dan aktifitas DERU mendukung terbentuknya desa tangguh bencana.

Pelatihan simulasi dan evakuasi merupakan salah satu kegiatan dalam membangun manajemen mitigasi bencana di Kampus UGM pada dasarnya adalah penguatan kelembagaan di lingkup Universitas Gadjah Mada. Harapan nanti dapat kedepan UGM akan menjadi Kampus Tangguh, dalam artian jika terjadi bencana lagi dalam dalam berbagai skala di DIY terutama wilayah UGM, dapat dikerahkan sumberdaya baik SDM, peralatan yang dimiliki mampu secara mandiri menyelesaikan permasalahan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. Dalam penguatan kelembagaan ini tentu juga harus adanya suatu pedoman penanganan kedaruratan di lingkup UGM yang mempunyai kekuatan hukum, dan ini tentunya dapat tertuang dalam bentuk Keputuan Rektor ataupun peraturan-peraturan lainnya. Tentu tidak mudah dalam menjalankan mitigasi secara komprehensif, untuk menyikapinya juga diperlukan pelatihan, dan penyebar luasan informasi melalui buku panduan kedaruratan, dan juga simulasi evakuasi bila diperlukan dalam penanggulangan bencana.

 

Terbuka untuk rekan-rekan tendik maupun dosen dan mahasiswa untuk mengikuti pelatihan tanggap bencana.

Simposium Prodi Kepariwisataan DBSMB Cari Rumusan Metode Penelitian Pariwisata Terapan

Program Studi Diploma Kepariwisataan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada Sabtu (20/10) yang lalu menyelenggarakan Simposium Nasional Pariwisata Terpaan 2018. Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Nusantara, University Club, Universitas Gadjah Mada ini mengangkat tema “Mencari Metode Penelitian Pariwisata Terapan dalam Rangka Memperkokoh 10 Tahun Disiplin Ilmu Pariwisata sebagai Ilmu Mandiri”. Kegiatan yang dikoordinatori oleh Fatkurrohman, S.IP., M.Si. ini dibuka langsung oleh Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.

General session simposium diisi oleh empat ahli di bidang pengkajian pariwisata yang mencoba merumuskan metode penelitian pariwisata terapan, mereka adalah Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A dan Dr. Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A. dari Universitas Gadjah Mada serta Dr. Marimin, M.Si. dari Universitas Sebelas Maret/Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan Dr. Asep Parantika dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta.

Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A. menyampaikan bahwa antara paradigma teoritis dan paradigma terapan sangat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan begitu saja. Guru Besar Antropologi UGM ini menjelaskan bahwa hal yang paling fundamendal ditekankan dalam penelitian pariwisata adalah masalah apa yang akan diteliti, manusianya atau alamnya. Jika manusianya maka pendekatannya sosial-budaya, dan jika alamnya maka dengan pendekatan ilmu alam. Jadi, metode pariwisata terapan dilihat dari dua aspek: pariwisata sebagai gejala sosial budaya dan pariwisata sebagai gejala alam.

Lebih rinci pengajar di Program Master dan Doktor Kajian Pariwisata UGM ini menyampaikan jika masalah yang diteliti adalah manusia beberapa hal yang bisa diteliti antara lain dampak sosial budaya dan ekonomi pariwisata, partisipasi masyarakat, politik pembangunan pariwisata, makna pariwisata bagi masyarakat, persaingan dalam pariwisata, pariwisata dan integrasi sosial, juga pariwisata dan pelestarian budaya. Sedangkan jika yang diteliti adalah alam, beberapa hal yang bisa diteliti antara lain perencanaan kawasan pariwisata, desain kawasan destinasi, masalah lingkungan, dampak fisik lingkungan, daya dukung kawasan pariwisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan sebagainya. Dalam paparannya, Heddy memberi gambaran bahwa antara terapan dan teoritis batasannya adalah jika teoritis cakupannya pada hasil analisis dan representasi, sedangkan terapan berada dalam wilayah rekomendasi, kebijakan, program dan aksi.

Dr. Marimin, M.Si., Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sekaligus pengajar di Prodi Usaha Perjalanan Wisata, Universitas Sebelas Maret menyampaikan bahwa jenis penelitian pariwisata ada tiga: penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research), dan penelitian pengembangan keilmuan (research for science development). Dr. Marimin memberi contoh contoh penelitian terapan pariwisata antara lain pengembangan destinasi, hospitaliti dan perjalanan, juga kebijakan pariwisata.

Dr. Marimin menambahkan, ada empat pendekatan penelitian pariwisata terapan. Antara lain kualitatif, kuantitatif, mixed method, dan indeigenous methodoly. Pendekatan kualitatif terdiri dari observasi langsung, etnografi, indepth interviews, FG, participatory action research, dan case studies. Pendekatan kuantitatif terdiri dari experiental design, quasi-experimental design, questionnaires, FG/dephic technique, participatory action research, dan case studies. Sedangkan pendekatan mixed method terdiri dari qustionnaires and participant observation, FGD and questionnaires, questionnaires-in-depth interviews-FGD, questionnaires, in-depth interviews, citizen’s jury, and documentary anlysis, participatory action research, dan case studies. Terakhir, indigenous methodology terdiri dari participant observation, FG, in-depth interviews, FG/community consultation, participatory action research, dan case studies.

Dr. Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A., Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menyampaikan bahwa peluang pengembangan pariwisata terapan bisa dilakukan melalui penelitian atas stakeholder pariwisata, antara lain: pemerintah, pelaku dalam industri, masyarakat, advocate intermediary (akademisi, peneliti, dan NGO), lembaga internasional, dan publik. Dr. Yulia juga menambahkan bahwa beberapa isu yang bisa diangkat dalam penelitian pariwisata terapan antara lain: perbedaan pengalaman wisatawan, tingginya promosi yang tidak diikuti kesiapan masyarakat lokal, terkonsentrasinya wisatawan pada destinasi mainstream, terbatasnya detail informasi tentang atraksi lokal dengan konten lokal, rendahnya pemberdayaan masyarakat lokal, dan keberlanjutan.

Pembicara terakhir, Dr. Asep Parantika dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta menyampaikan bahwa pariwisata sebagai ilmu didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari teori-teori dan praktik-praktik tentang perjalanan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi perjalanan wisatawan dengan berbagai implikasinya”. Ilmu pariwisata sendiri, lanjutnya, merupakan ilmu yang multidisipliner yang bisa didekati dari banyak ilmu, antara lain sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, politik, budaya, ekonomi, lingkungan, dan geografi. Dr. Asep menawarkan pendekatan pariwisata terapan dengan sosiologi yang menekankan pada bagaimana cara mengedukasi wisatawan, sebagai alternatif kajian yang selama ini lebih menekankan pada perilaku tuan rumah dalam menyambut wisatawan. Di akhir presentasinya, Dr. Asep berpesan bahwa perlu memperbanyak penelitian aplikatif dan pendekatan kualitatif pada penelitian pariwisata di Indonesia. “Penelitian kualitatif lebih exploratif,” tuturnya.

Dalam kesempatan simposium kemarin, sebanyak 12 peserta turut mempresentasikan makalahnya antara lain dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Pelita Harapan, Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Sekolah Tinggi Pariwiata Ambarrukmo, dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional.

Text & Foto: Humas DBSMB

SV UGM selenggarakan Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2018 bertema “Sinergi Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0”

SV UGM selenggarakan Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2018 di Garden Room Hotel Eastparc Yogyakarta, Sabtu (13/10) yang lalu. Seminar tersebut mengusung tema “Sinergi Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0”. Sekretaris Jendral Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Dr. Haris Munandar N, dalam pidatonya disampaikan bahwa sinergi antara Industri dan Perguruan Tinggi sangat dibutuhkan dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0.

“Kita hari ini dituntut menghadapi Revolusi Industri 4.0 tetapi sayang sumber daya manusia kita masih 0.4,” tutur Dr. Haris yang disambut tawa para hadirin. Dalam penjelasan paparannya yang berjudul “Making Indonesia 4.0” tersebut, Dr. Haris melanjutkan bahwa pemerintah dalam hal ini Kementrian Perindustrian berfokus pada sepuluh prioritas untuk mewujudkan “Making Indonesia 4.0”: perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, akomodasi standar sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi, dan harmonisasi aturan kebijakan.

Hari ini pemerintah, lanjut Dr. Haris, sedang berfokus pada lima sektor Industri 4.0 yakni makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, dan elektronik. Lima hal ini akan direspon dengan aksi segera (quick wins) dengan pemberian insentif teknologi, investor roadshow, pusat inovasi, dukungan untuk UMKM dan upskilling dan reskilling melalui penguatan pendidikan vokasi. “Di sinilah ketemunya sinergi antara industri dan pendidikan tinggi, lebih khusus vokasi,” tuturnya.

Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM yang menjadi pembicara kunci kedua menyampaikan bahwa hari ini talent menjadi salah satu dari 12 faktor daya saing ekonomi. Dalam paparannya ia menjelaskan ada enam talent yang dibutuhkan dalam bisnis keuangan modern. “Enam hal tersebut adalah fintech and digital application, social entrepreneurship, forensic accountant, shariah finance, crowdfunding, dan cyptocurrency,” tutur Dr. Anggito yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia ini.

Kebijakan pendidikan vokasi adalah “education follow industry”, lanjut Dr. Anggito. Hari ini pertumbuhan industri, lebih khusus keuangan berjalan begitu cepat. “Kita hari ini tertinggal lebih dari 20 tahun merespon hadirnya fintech,” Dr. Anggito memberi contoh. Maka, dengan keunggulan di praktek dengan proporsi 70% yang program studinya lebih berbasis kompetensi dan orientasinya siap pakai, Dr. Anggito di akhir presentasinya mengingatkan bahwa lima hal yang menjadi tantangan pendidikan vokasi, lebih khusus industri keuangan adalah literasi, inklusi dan ekspansi kuangan, aplikasi fintech dan digital yang dinamis, kesiapan SDM profesional dan terapan, kompetensi sesuai kebutuhan industri serta regulasi dan kebijakan pemerintah.

Setelah general session, SNTT 2018 dilanjutkan dengan paralel session. Sebanyak 152 presenter dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia memaparkan hasil penelitiannya yang dibagi dalam delapan ruang berdasarkan simposianya. “Alhamdulillah semua berjalan baik. Kita berusaha memperbaiki dari penyelenggarakan tahun lalu. Jika masih terdapat kekurangan semoga bisa disempurnakan dalam SNTT tahun mendatang,” tutur Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi, Ketua Panitia SNTT 2018 dari Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya yang merupakan doen Program Studi Diploma Kepariwisataan.

Laboratorium Mini Bank kolaborasi Dosen dan Mahasiswa DTEDI dengan DEB diresmikan Sekolah Vokasi UGM dan Bank BCA

Yogyakarta (19/10) – Sekolah Vokasi UGM meresmikan sarana berbasis teknologi yang bekerjasama dengan PT Bank Central Asia (BCA) di Departemen Ekonomika dan Bisnis SV UGM. Acara peresmian tersebut dihadiri oleh pejabat dari BCA yaitu Ibu Inge Setiawati selaku Kepala Satuan Kerja CSR BCA, Bapak Sapto Rachmadi selaku Adviser BCA, Bapak Chandra Satya selaku Kepala divisi System Informasi BCA dan segenap Tim BCA. Adapun dari SV UGM yg hadir dalam acara tersebut di antaranya Dekan SV UGM Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni dan Perencanaan Strategis Bapak Radhian Krisnaputra, S.T., M.Eng., Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis Ibu Dra. Ike Yuli Andjani, M.Si., Ketua Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Bapak Nur Rohman Rosyid, S.T., M.T., D.Eng.,. Para dosen dan mahasiswa DEB serta DTEDI juga turut hadir dalam acara peresmian tersebut.

Dekan Sekolah Vokasi membuka acara dengan memberikan sambutan; beliau mengucapkan terimakasih kepada Mitra BCA. Beliau juga mengatakan “Aplikasi teknologi ini akan di terapkan pada kantin yang ada di SV UGM. Kita dari SV UGM telah mendapatkan sponsor knowledge dan technology dari BCA. Namun yang paling penting adalah SDM kita, karena mau tidak mau kita harus beralih ke jaman teknologi dan dengan begitu SDM kita mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman agar bisa lebih maju lagi”.

Sebelum acara serah terima dimulai, Ibu Inge Setiawati memberikan sambutan,

“Penantian panjang yang sudah membuahkan hasil, BCA yang sudah berkiprah selama 1 tahun kini telah berfokus ke SDM Indonesia. BCA sangat melihat pentingnya kemajuan dunia digital seperti saat ini kebanyakan dunia bisnis telah berbasis digital. Dengan adanya laboratorium mini bank ini merupakan salah satu upaya kami untuk berbagi dan saya sangat berterima kasih kepada UGM khususnya SV UGM, dalam mewujudkan kerjasama untuk meningkatkan SDM Indonesia.”

BCA memberikan bantuan Laboratorium Mini Bank senilai Rp 845 juta (bangunan, furniture, peralatan) dan supervisi pembangunan sistem mini bank yang dihasilkan dari kolaborasi antara Dosen, Mahasiswa DTEDI dan DEB. Mereka telah dibimbing oleh TIM Bapak Candra dalam rangka untuk mendukung praktik kegiatan operasional kerja cabang. Mahasiswa TEDI memberikan output berupa sistem mini bank yang operasional dasarnya dalam hal transaksi Customer Service dan Teller sehingga dengan ini bisa memberikan pembelajaran bagi mahasiswa DEB khususnya dalam pengoperasian mini bank dan aplikasi nyata di dunia kerja perbankan.

FPTVI Gelar Nonton Bareng Film “Tengkorak” (Film Nasional Karya Dosen & Mahasiswa Sekolah Vokasi UGM)

(17/10) — Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) kembali menyelenggarakan kongres tahunan untuk yang ke-5 kalinya. Namun demikian, tahun ini menjadi istimewa karena adanya agenda Nonton dan Diskusi Bareng Film Tengkorak, sebuah film karya dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM yang akan ditayangkan serentak di bioskop nasional pada 18 Oktober 2018. Agenda ini diprakarsai oleh Sekolah Vokasi IPB selaku Ketua FPTVI dan didukung sepenuhnya oleh FPTVI dan Fakultas Vokasi UNAIR.

Acara ini digelar di XXI Grand City Surabaya mulai pukul 19:00. Hadir di dalamnya para peserta Kongres V FPTVI yang terdiri atas para pimpinan dan dosen Pendidikan Tinggi Vokasi se-Indonesia. Dalam acara ini, Rektor UNAIR juga diundang sebagai tuan rumah penyelenggara Kongres V FPTVI.

Acara Nonton dan Diskusi Bareng Film Tengkorak: Bongkar Tengkorak menghadirkan Yusron Fuadi, dosen Sekolah Vokasi UGM yang merupakan sutradara dan juga pemeran utama dari film ini. Meskipun memiliki judul film yang terkesan horor, genre film ini adalah science fiction yang mengungkap sebuah temuan berupa tengkorak yang panjangnya melebihi batas wajar (1.850 m). Dalam film ini diceritakan, temuan tersebut memiliki kaitan dengan adanya gempa di Yogyakarta tahun 2006. Tokoh utama dari film ini adalah seorang gadis yang ditakdirkan untuk menjawab teka-teki dan akhir dari temuan tersebut. Peran ini dibawakan oleh Eka Nusa Pertiwi, seorang aktris teater yang sudah malang melintang di dunia pertunjukan.

Film Tengkorak yang digarap selama kurang lebih 4 tahun dengan biaya patungan ini telah mengikuti berbagai festival film seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta bulan Desember tahun lalu, kemudian masuk nominasi dalam Cinequest International Film Festival di California, USA, pada bulan Maret 2018, dan yang terbaru, Balinale International Film Festival Bali pada akhir bulan September 2018.

“Keseluruhan pembuatan film ini dimulai dari 0 tanpa bantuan dari produser besar di baliknya. Namun begitu, karena dengan kerja keras dan kemampuan seluruh mahasiswa dan dosen dari SV UGM khususnya prodi D3 Komputer dan Sistem Informasi (Komsi), akhirnya film ini bisa memberikan sajian yang berbeda dengan visual effect yang bisa dikatakan hampir setara dengan film Amerika,” ujar Bapak Wikan Sakarinto, Dekan Sekolah Vokasi sekaligus produser film ini.

Film Tengkorak menjadi salah satu bukti nyata bahwa pendidikan vokasi yang mengedepankan praktik mampu menghasilkan karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. (Nkv)

 

Closing Ceremony Chengdu Textile College (CDTC), China

Yogyakarta (18/10), Sekolah Vokasi mengadakan rangkaian acara closing ceremony untuk mahasiswi dan dosen dari Chengdu Textile College, China. Banyak dari mereka yang merasa waktu terasa cepat berlalu karena seperti baru kemarin mereka disambut. Pimpinan Sekolah Vokasi, Dosen serta beberapa Mahasiswa turut meramaikan acara tersebut.

Dekan Sekolah Vokasi, Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan “Terima kasih telah hadir di Sekolah Vokasi dan UGM, semoga dengan kegiatan ini bisa memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi kalian semua. Jangan lupa kembali lagi untuk menikmati kota Jogja dan Indonesia”.

Acara yang diselenggarakan di Hall Gedung Perpustakaan SV UGM terasa lebih hangat dengan penampilan tarian tradisional dari mereka. 10 mahasiswi yang bernama Liu Yi, Wei Linzhen, Li Fuqiao, Liao Xueying, Li Minxi, Huang Lei, Xiang Xianting, Han Maoqin, Xie Yanling, Bu Lifang yang berfokus pada hal Food Biotechnology dan Tourism English tekah mengikuti berbagai kegiatan perkuliahan di jurusan Agroindustri serta di Departemen Bahasa, Sastra dan Manajemen Budaya (DBSMB) SV UGM, selain itu beberapa juga ada yang mengambil konsentrasi di Departemen Ekonomika dan Bisnis. kemudian 2 Dosen  dari CDTC yaitu Ms. Liu Yanjung, Ms. Ren Xingyuan yang akan mengajar mengenai Construction/Architecture Engineering dan English.

Salah satu dosen dari CDTC mengatakan bahwa “Saya sangat takjub dengan Indonesia dan Jogja, saat saya berkeliling ke berbagai tempat sejarah di Jogja saya menemukan berbagai macam hal dan barang peninggalan yang sudah lama tercatat sebagai sejarah, siapa sangka ternyata beberapa barang tersebut juga ada di China, itu menjadi bukti bahwa Indonesia dan China sudah memiliki ikatan sejak lama. Kita harus meningkatkan dan menjaga hubungan kekeluargaan antara China dan Indonesia.”

Selanjutnya keseluruhan mahasiswi dari CDTC mempresentasikan apa yang telah mereka lakukan selama mengikuti kegiatan exchange program di Yogyakarta ini dan memaparkan mengenai kehidupan sehari-hari yang telah mereka lakukan. Mereka bercerita bahwa awalnya kesulitan dalam hal komunikasi di Jogja, karena mereka kurang paham dengan istilah-istilah umum jika mereka pergi tanpa didampingi oleh rekan Indonesia, namun lama kelamaan mereka mulai paham dan bisa berkeliling sendiri tanpa harus didampingi lagi.

Acara puncak dari Closing Ceremony ini adalah penampilan angklung yang memainkan lagu tradisional Indonesia mereka dengan menggunakan pakaian khas dari China yang berkolaborasi dengan Mahasiswa Bahasa Korea yang menggunakan pakaian tradisional Korea. Selain itu mereka juga menampilkan peragaan fashion show sekaligus mendeskripsikan dari masing-masing baju khas yang mereka kenakan.

Sebelum acara di tutup, Bapak Dekan dan Wakil Dekan memberikan sertifikat dan souvenir dari SV UGM kepada delegasi dari CDTC. Acara pun resmi ditutup dengan penampilan Bapak Dekan mengiringi Ms. Liu Yanjung dan Ms. Ren Xingyuan untuk menyanyikan lagu berbahasa China.

SV UGM Selenggarakan The First International Conference on Technology & Sustainable Development

Sekolah Vokasi UGM untuk pertama kalinya menyelenggarakan konferensi internasional “ICTSD” pada Hari Jum’at-Sabtu, 12-13 Oktober 2018 di Hotel East Parc Yogyakarta. International Conference on Technology & Sustainable Development yang pertama ini mengusung tema “The Role of Higher Education in Disruptive Era”.

Pembicara yang dihadirkan dalam konferensi ini yakni Prof. Kazuhiro Harada dari Nagoya University Japan, Dr. Digby Race dari University of Sunshine Coast Australia, Dr. Robert de Souza dari Executive Director The Logistics Institute-Asia Pacific Singapore, Prof. San Afri Awang Ph.D dari Universitas Gadjah Mada Indonesia, Mr. Santoso dari Bank Central Asia, Dr. Anggito Abimanyu dari Universitas Gadjah Mada Indonesia, Mr. Suprapto Suwaji, SE, MM, CPSCM dari Indonesia Logistics and Forwarders Association, Dr. Eng. Ahmad Rusdiansyah dari Institut Teknologi Sepuluh November Indonesia, Mr. Shen Jingqiao dari Chengdu Textille College China, Mr. Roger Teo dari Cybermax Asia Pte Ltd. Jakarta-Singapura, Mr. Ade Ahmad Yani dari PT. Pan Brothers Tbk., dan Mr. Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. dari Institute for Development of Economics and Finance.

Konferensi internasional ini mengakomodasi empat kluster yakni:

  1. Transportation and Logistics dengan subtema ”Digital Logistic”.
  2. Forestry and Environment dengan subtema “The New Concept of Community Forestry”.
  3. Socio Economic-Humanities dengan subtema Financial Technology and Its Impact to the Culture”.
  4. Science and Technology dengan subtema “Opportunity and Challenge in Industry 4.0”.

Jalannya ICTSD tidak lepas dari kerja sama dengan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang dan dukungan dari BCA. Acara ini diawali dengan pembukaan dengan lagu Indonesia Raya, tarian tradisional dari Gasita Tari (Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM), dilanjutkan dengan sambutan dari Dr. Silvi Nur Oktalina (Wakil Dekan III SV UGM) selaku ICTSD Chairman dan Bp. Nashri, MT selaku Wakil Dekan I PIP Semarang. Acara kemudian dibuka secara resmi dengan pemukulan gong oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. Selanjutnya, keynote speech disampaikan oleh Bp. Wikan Sakarinto, Ph.D. selaku Dekan Sekolah Vokasi UGM yang membahas tentang Industri 4.0 dan peran pendidikan tinggi untuk mencetak lulusan yang inovatif.

“In order to increase our export to support the economy of this nation, we have to create innovative graduates,” terang beliau.

Agenda dilanjutkan dengan sesi panel per kluster yang diselenggarakan setelah ibadah solat Jumat. Di hari kedua, presentasi dari para peserta konferensi akan dilaksanakan sesuai kluster masing-masing.

Sebagaimana Seminar Nasional Teknologi Terapan yang dilaksanakan secara rutin oleh Sekolah Vokasi UGM, konferensi internasional ini direncanakan untuk diselenggarakan setiap dua tahun sekali mulai tahun 2018 ini.

Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Korea Ke-3 2018

Universitas Gadjah Mada kembali menorehkan prestasi di kancah Nasional di bidang bahasa. Mahasiswa D3 Program Studi Bahasa Korea Sekolah Vokasi yang bernama Virliana Meyta Yuniar angkatan 2017 berhasil meraih juara 1 dalam lomba pidato bahasa Korea yang diadakan oleh KT & G Sangsang School. Acara tersebut dilaksananakan secara langsung di pusat studi Jepang Universitas Indonesia. Acara “2018 Jakarta KT&G Sang Sang School Culture Festival” yang ke-3 ini diadakan pada tanggal 13 Oktober tahun 2018 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia yang dilanjutkan dengan acara dance & singing cover competition dan dimeriahkan dengan korean food dari stand makanan.

Perwakilan dari salah satu juri dalam lomba pidato bahasa Korea dalam sambutannya mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk mempererat hubungan antara Korea dan Indonesia, sekaligus memperkenalkan budaya Korea kepada masyarakat. Karena semakin berjalannya waktu, kerjasama antar Korea dengan Indonesia semakin meluas di berbagai bidang.

Pada lomba pidato bahasa Korea ke-3 pada tahun 2018 tersebut peserta berasal dari berbagai macam daerah dan diadakan secara Nasional. Sebelum babak final, peserta wajib membuat naskah pidato dalam bahasa Korea dengan memilih salah satu topik dengan “Daya tarik Korea untuk Saya” dan “Alasan Saya Jatuh Hati kepada Korea”. Setelah membuat naskah, peserta harus mengirim video dengan durasi maksimal 4 menit yang berisikan pidato tersebut kepada penyelenggara. Naskah dan video dikirim bersama melalui email. Masa pendaftaran ditutup pada tanggal 15 Agustus 2018, setelah itu seluruh video peserta akan di upload di facebook penyelenggara (Pendidikan Hangeul Jakarta) dan jumlah ‘like’ juga menjadi salah satu penilaian untuk penentuan pemenang. Mahasiswi D3 Program Studi Bahasa Korea Sekolah Vokasi UGM, Virliana Meyta Yuniar, berhasil mendapatkan juara pertama dengan pidatonya. Sedangkan juara 2 dan 3 diraih oleh peserta asal Surabaya dan Jakarta.

Kongres V Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia

(16/10) — Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) kembali menyelenggarakan kongres tahunan untuk yang ke-5 kalinya. Tahun ini, FPTVI mengusung tema “Perguruan Tinggi Vokasi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”. Kongres ini diselenggarakan di Universitas Airlangga, Surabaya.

Agenda pertama dari kongres ini yakni seminar oleh Menteri Koordinator Perekonomian Dr. Darmin Nasution, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, S.I.P., serta Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, S.H., M.Hum. Agenda dilanjutkan dengan peluncuran serta sosialisasi “Asosiasi Ahli dan Dosen Ilmu Terapan Indonesia (A2DITI)”, sebuah wadah kegiatan bagi dosen Vokasi anggota FPTVI dan pelaku Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Selanjutnya, agenda dilanjutkan dengan Sidang Bidang dan diteruskan dengan Sidang Pleno. Kemudian untuk memperkuat jejaring para pengajar pendidikan vokasi, para peserta kongres diundang untuk mengikuti Gala Dinner yang diselenggarakan di Hotel Wyndham Surabaya di hari yang sama. Di hari berikutnya yaitu 17 Oktober 2018, seluruh peserta Kongres V FPTVI diundang untuk Nonton dan Diskusi Bareng Film Tengkorak, sebuah film karya dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM yang akan ditayangkan serentak di bioskop nasional pada 18 Oktober 2018.

Kongres FPTVI diikuti oleh universitas, fakultas, sekolah tinggi, akademi, serta politeknik se-Indonesia. Setidaknya kini ada 113 lembaga Pendidikan Tinggi penyelenggara pendidikan vokasi yang diundang dalam Kongres FPTVI.

Pendirian FPTVI (semula bernama Forum Komunikasi Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia) diawali dari penyelenggaraan lokakarya tentang “Penegasan Pendidikan Vokasi sesuai UU no. 12 Tahun 2012” pada 3 April 2014 di Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta, yang dihadiri oleh berbagai Universitas negeri di Indonesia. Atas prakarsa Direktur SV UGM saat itu, Ir. Hotma Prawoto S, M.T., IP-Md., pertemuan khusus terkait inisiasi pendirian Forum KPTVI dilaksanakan dengan mengundang perwakilan dari UGM, UI, IPB, UB, dan UNY. Akhirnya, pada 28 Oktober 2014, FPTVI resmi berdiri pada Kongres I yang dilaksanakan di Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta. (Nkv)

Sumber:

www.hotmaprawoto.com

forum-vokasi.id/sejarah

Aturan Logo Sekunder dan Tersier UGM