Berita Terkini
Sekolah Vokasi (25/10) – Perusahaan besar berbasis teknologi, Huawei, mengadakan agenda roadshow ke beberapa universitas di Indonesia, salah satunya UGM. Agenda yang dilaksanakan di Hall Gedung Perpustakaan SV UGM ini diberi nama TechDay dengan tema “The Opportunity and Challege of Industrial Internet: Big Data and Cybersecurity”. Tujuan dari acara ini adalah untuk saling berbagi ilmu pengetahuan kepada masyarakat khususnya di lingkup universitas membahas terkait teknologi. Rangkaian acara ini meliputi sertifikasi, kompetisi nasional, pengikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan Huawei, rekrutmen kerja dan magang. Pejabat yang turut hadir dalam acara ini yaitu Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan, Bapak Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., Dekan Sekolah Vokasi, Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Bapak Agus Nugroho, S.T., M.T., Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan Sumber Daya Manusia, Ibu Nuryati, S.Far., M.P.H., Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Perencanaan Strategis, Bapak Radhian Krisnaputra, S.T., M.Eng. serta Ketua Departemen dari SV UGM. Vice President dari Huawei, Mr. Yuan Ming juga hadir dalam kegiatan ini.
Acara dibuka dengan penayangan video motivasi kemudian dilanjutkan sambutan dari Bapak Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.; beliau menyampaikan dalam sambutannya, “Inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia, karena jika kerja sama dengan perusahaan tidak dilaksanakan, maka Indonesia akan tertinggal. Perusahaan saat ini tidak terlalu memperdulikan dengan latar belakang pendidikan kita, namun kompetensi dari diri sendirilah yang nantinya akan dipertimbangkan oleh perusahaan.”
Kemudian, sambutan dari Mr. Yuan Ming menyatakan bahwa “Meski kita berbeda bahasa, namun kita memiliki kebudayaan yang sama dan misi yang sama untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Semua orang tidak akan berhenti untuk berkembang dalam memajukan dunia dan kita semua bisa belajar dari orang lain.”
Tidak hanya itu, beliau juga memberikan gambaran mengenai Huawei, sejarah dan perkembangannya di dunia. Huawei selalu aktif melakukan dialog dengan berbagai komunitas dan pemerintah dalam pengembangan pendidikan dalam SDM, dan inilah yang menjadi rumusan terlaksananya roadshow dari Huawei ke beberapa kampus di Indonesia. Intelligent world menurut Huawei yaitu: All thing sensing, All thing connected, All thing intelligent.
Agenda lain dari Huawei yakni melaksanakan ICT Competition for Indonesia 2018-2019 yang mana mahasiswa Indonesia berkesempatan untuk mendapatkan banyak pengalaman dari kegiatan pelatihan. Mahasiswa dari Sekolah Vokasi UGM sendiri, dari jurusan D4 Teknologi Rekayasa Internet tahun lalu telah berkesempatan mengikuti kegiatan pelatihan dan mengunjungi laboratorium Huawei melalui seleksi secara Nasional.
Pada acara TechDay ini, juga diadakan Parallel Session dengan menghadirkan pembicara salah satunya Ketua Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Bapak Nur Rohman Rosyid, S.T., M.T., D.Eng. Beliau telah mengembangkan sistem Security Cyber dalam hal pengamanan data khususnya di UGM serta Indonesia.
Yogyakarta (24/10) – Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) Sekolah Vokasi (SV) UGM menjalin kerjasama dengan Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) yang sebelumnya juga pernah menjadi pemateri pada Kuliah Umum “Peran, Peluang, Tantangan dan Kode Etik Profesi Penilai Properti”.
MAPPI adalah organisasi profesi penilai di Indonesia yang bersifat mandiri, nirlaba dan non politis yang berasaskan Pancasila dan berlandaskan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan Profesi Penilai sebagai landasan formal serta Keputusan Musyawarah Nasional sebagai landasan operasional.
Bagian Kerjasama DEB mewakili Ketua Departemen DEB membuka acara dengan menyampaikan bahwa perkembangan pembentukan D4 Manajemen Aset dan Penilaian Properti sudah cukup baik dan harapannya mahasiswa lulusan tidak hanya mendapatkan ijasah saja, namun juga mendapat sertifikat kompetensi dari hasil belajar mereka.
Kemudian Dekan SV UGM, Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. memberikan sambutan dengan memaparkan bahwa “Dalam rangka mendirikan D4 Manajemen Aset dan Penilaian Properti yang mana Proposal pengajuan ke UGM sudah dilaksanakan, sehingga dalam proses pembentukan prodi ini kerjasama menjadi salah satu syarat dan pastinya harus didukung dari berbagai pihak secara matang. dukungan sebelum dan setelah terbentuknya prodi maupun jaringan untuk para lulusan diharapkan bisa signifikan dan konteks yang paling depan adalah mempersiapkan SDM Indonesia yang layak diterima di dunia kerja atau industri.”
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Masyarakat Profesi Penilai Indonesia, Bapak Ir. Okky Danuza, M.SC., MAPPI (Cert), juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Sekolah Vokasi dan UGM yang telah mempersiapkan segala hal dalam menjalin kerjasama ini, sehingga dengan begitu SV dan berbagai pihak bisa fokus dalam berbagai bidang terutama SDM dan Pendidikan di Indonesia.
Disaster Response Unit (DERU)
DERU dalam sejarahnya dibentuk sebagai bentuk kepedulian dari UGM terhadap berbagai bencana di Indonesia terutama bencana dalam skala besar dan nasional yang memburuhkan penanganan yang cepat, tepat dan efektif. UGM mempunyai SDM dengan latar belakang berbagai keilmuan yang dibutuhkan masyarakat ketika terjadi bencana. Hampir semua keilmuan yang dibutuhkan dalam tanggap bencana tersebut ada di UGM seperti bidang kesehatan, pertanian, kehutanan, kedokteran hewan, peternakan, fisik struktur dan infrastruktur, sosial kemasyarakatan, psikologi, teknologi dll. Dalam perkembangannya kegiatan DERU tidak hanya bersifat insidentil ketika terjadi bencana namun saat ini kesiapsiagaan terhadap terjadinya bencana menjadi program penting juga, kesiapaan anggota DERU, staf di UGM terhadap kemungkinan bencana internal yang setiap saat mungkin terjadi, menyiapkan masyarakat desa supaya siap terhadap bencana , membangun kerjasama dengan berbagai institusi terkait dan pemda seluruh Indonesia, membuat leaflet dan informasi kepada masayarakat tentang kebencanaan dll.
Beberapa contoh Kegiatan DERU UGM dalam rangka penyiapan dan kesiapsiagaan relawan, anggota DERU dan staff dilingkungan UGM menghadapi berbagai jenis bencana:
- Pelatihan simulasi tanggap bencana untuk internal staff UGM
- Pelatihan dan workshop tanggap bencana bagi anggota DERU
- Penguatan kelembagaan DERU dengan pembentukan struktur kepengurusan dan pembutaan standar operasional prosedur (SOP) untuk kegiatan DERU.
- Persiapan dan aktifitas DERU mendukung terbentuknya desa tangguh bencana.
Pelatihan simulasi dan evakuasi merupakan salah satu kegiatan dalam membangun manajemen mitigasi bencana di Kampus UGM pada dasarnya adalah penguatan kelembagaan di lingkup Universitas Gadjah Mada. Harapan nanti dapat kedepan UGM akan menjadi Kampus Tangguh, dalam artian jika terjadi bencana lagi dalam dalam berbagai skala di DIY terutama wilayah UGM, dapat dikerahkan sumberdaya baik SDM, peralatan yang dimiliki mampu secara mandiri menyelesaikan permasalahan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. Dalam penguatan kelembagaan ini tentu juga harus adanya suatu pedoman penanganan kedaruratan di lingkup UGM yang mempunyai kekuatan hukum, dan ini tentunya dapat tertuang dalam bentuk Keputuan Rektor ataupun peraturan-peraturan lainnya. Tentu tidak mudah dalam menjalankan mitigasi secara komprehensif, untuk menyikapinya juga diperlukan pelatihan, dan penyebar luasan informasi melalui buku panduan kedaruratan, dan juga simulasi evakuasi bila diperlukan dalam penanggulangan bencana.
Terbuka untuk rekan-rekan tendik maupun dosen dan mahasiswa untuk mengikuti pelatihan tanggap bencana.
Program Studi Diploma Kepariwisataan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada Sabtu (20/10) yang lalu menyelenggarakan Simposium Nasional Pariwisata Terpaan 2018. Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Nusantara, University Club, Universitas Gadjah Mada ini mengangkat tema “Mencari Metode Penelitian Pariwisata Terapan dalam Rangka Memperkokoh 10 Tahun Disiplin Ilmu Pariwisata sebagai Ilmu Mandiri”. Kegiatan yang dikoordinatori oleh Fatkurrohman, S.IP., M.Si. ini dibuka langsung oleh Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.
General session simposium diisi oleh empat ahli di bidang pengkajian pariwisata yang mencoba merumuskan metode penelitian pariwisata terapan, mereka adalah Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A dan Dr. Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A. dari Universitas Gadjah Mada serta Dr. Marimin, M.Si. dari Universitas Sebelas Maret/Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan Dr. Asep Parantika dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta.
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A. menyampaikan bahwa antara paradigma teoritis dan paradigma terapan sangat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan begitu saja. Guru Besar Antropologi UGM ini menjelaskan bahwa hal yang paling fundamendal ditekankan dalam penelitian pariwisata adalah masalah apa yang akan diteliti, manusianya atau alamnya. Jika manusianya maka pendekatannya sosial-budaya, dan jika alamnya maka dengan pendekatan ilmu alam. Jadi, metode pariwisata terapan dilihat dari dua aspek: pariwisata sebagai gejala sosial budaya dan pariwisata sebagai gejala alam.
Lebih rinci pengajar di Program Master dan Doktor Kajian Pariwisata UGM ini menyampaikan jika masalah yang diteliti adalah manusia beberapa hal yang bisa diteliti antara lain dampak sosial budaya dan ekonomi pariwisata, partisipasi masyarakat, politik pembangunan pariwisata, makna pariwisata bagi masyarakat, persaingan dalam pariwisata, pariwisata dan integrasi sosial, juga pariwisata dan pelestarian budaya. Sedangkan jika yang diteliti adalah alam, beberapa hal yang bisa diteliti antara lain perencanaan kawasan pariwisata, desain kawasan destinasi, masalah lingkungan, dampak fisik lingkungan, daya dukung kawasan pariwisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan sebagainya. Dalam paparannya, Heddy memberi gambaran bahwa antara terapan dan teoritis batasannya adalah jika teoritis cakupannya pada hasil analisis dan representasi, sedangkan terapan berada dalam wilayah rekomendasi, kebijakan, program dan aksi.
Dr. Marimin, M.Si., Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sekaligus pengajar di Prodi Usaha Perjalanan Wisata, Universitas Sebelas Maret menyampaikan bahwa jenis penelitian pariwisata ada tiga: penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research), dan penelitian pengembangan keilmuan (research for science development). Dr. Marimin memberi contoh contoh penelitian terapan pariwisata antara lain pengembangan destinasi, hospitaliti dan perjalanan, juga kebijakan pariwisata.
Dr. Marimin menambahkan, ada empat pendekatan penelitian pariwisata terapan. Antara lain kualitatif, kuantitatif, mixed method, dan indeigenous methodoly. Pendekatan kualitatif terdiri dari observasi langsung, etnografi, indepth interviews, FG, participatory action research, dan case studies. Pendekatan kuantitatif terdiri dari experiental design, quasi-experimental design, questionnaires, FG/dephic technique, participatory action research, dan case studies. Sedangkan pendekatan mixed method terdiri dari qustionnaires and participant observation, FGD and questionnaires, questionnaires-in-depth interviews-FGD, questionnaires, in-depth interviews, citizen’s jury, and documentary anlysis, participatory action research, dan case studies. Terakhir, indigenous methodology terdiri dari participant observation, FG, in-depth interviews, FG/community consultation, participatory action research, dan case studies.
Dr. Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A., Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menyampaikan bahwa peluang pengembangan pariwisata terapan bisa dilakukan melalui penelitian atas stakeholder pariwisata, antara lain: pemerintah, pelaku dalam industri, masyarakat, advocate intermediary (akademisi, peneliti, dan NGO), lembaga internasional, dan publik. Dr. Yulia juga menambahkan bahwa beberapa isu yang bisa diangkat dalam penelitian pariwisata terapan antara lain: perbedaan pengalaman wisatawan, tingginya promosi yang tidak diikuti kesiapan masyarakat lokal, terkonsentrasinya wisatawan pada destinasi mainstream, terbatasnya detail informasi tentang atraksi lokal dengan konten lokal, rendahnya pemberdayaan masyarakat lokal, dan keberlanjutan.
Pembicara terakhir, Dr. Asep Parantika dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta menyampaikan bahwa pariwisata sebagai ilmu didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari teori-teori dan praktik-praktik tentang perjalanan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi perjalanan wisatawan dengan berbagai implikasinya”. Ilmu pariwisata sendiri, lanjutnya, merupakan ilmu yang multidisipliner yang bisa didekati dari banyak ilmu, antara lain sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, politik, budaya, ekonomi, lingkungan, dan geografi. Dr. Asep menawarkan pendekatan pariwisata terapan dengan sosiologi yang menekankan pada bagaimana cara mengedukasi wisatawan, sebagai alternatif kajian yang selama ini lebih menekankan pada perilaku tuan rumah dalam menyambut wisatawan. Di akhir presentasinya, Dr. Asep berpesan bahwa perlu memperbanyak penelitian aplikatif dan pendekatan kualitatif pada penelitian pariwisata di Indonesia. “Penelitian kualitatif lebih exploratif,” tuturnya.
Dalam kesempatan simposium kemarin, sebanyak 12 peserta turut mempresentasikan makalahnya antara lain dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Pelita Harapan, Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Sekolah Tinggi Pariwiata Ambarrukmo, dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional.
Text & Foto: Humas DBSMB
SV UGM selenggarakan Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2018 di Garden Room Hotel Eastparc Yogyakarta, Sabtu (13/10) yang lalu. Seminar tersebut mengusung tema “Sinergi Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0”. Sekretaris Jendral Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Dr. Haris Munandar N, dalam pidatonya disampaikan bahwa sinergi antara Industri dan Perguruan Tinggi sangat dibutuhkan dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0.
“Kita hari ini dituntut menghadapi Revolusi Industri 4.0 tetapi sayang sumber daya manusia kita masih 0.4,” tutur Dr. Haris yang disambut tawa para hadirin. Dalam penjelasan paparannya yang berjudul “Making Indonesia 4.0” tersebut, Dr. Haris melanjutkan bahwa pemerintah dalam hal ini Kementrian Perindustrian berfokus pada sepuluh prioritas untuk mewujudkan “Making Indonesia 4.0”: perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, akomodasi standar sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi, dan harmonisasi aturan kebijakan.
Hari ini pemerintah, lanjut Dr. Haris, sedang berfokus pada lima sektor Industri 4.0 yakni makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, dan elektronik. Lima hal ini akan direspon dengan aksi segera (quick wins) dengan pemberian insentif teknologi, investor roadshow, pusat inovasi, dukungan untuk UMKM dan upskilling dan reskilling melalui penguatan pendidikan vokasi. “Di sinilah ketemunya sinergi antara industri dan pendidikan tinggi, lebih khusus vokasi,” tuturnya.
Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM yang menjadi pembicara kunci kedua menyampaikan bahwa hari ini talent menjadi salah satu dari 12 faktor daya saing ekonomi. Dalam paparannya ia menjelaskan ada enam talent yang dibutuhkan dalam bisnis keuangan modern. “Enam hal tersebut adalah fintech and digital application, social entrepreneurship, forensic accountant, shariah finance, crowdfunding, dan cyptocurrency,” tutur Dr. Anggito yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia ini.
Kebijakan pendidikan vokasi adalah “education follow industry”, lanjut Dr. Anggito. Hari ini pertumbuhan industri, lebih khusus keuangan berjalan begitu cepat. “Kita hari ini tertinggal lebih dari 20 tahun merespon hadirnya fintech,” Dr. Anggito memberi contoh. Maka, dengan keunggulan di praktek dengan proporsi 70% yang program studinya lebih berbasis kompetensi dan orientasinya siap pakai, Dr. Anggito di akhir presentasinya mengingatkan bahwa lima hal yang menjadi tantangan pendidikan vokasi, lebih khusus industri keuangan adalah literasi, inklusi dan ekspansi kuangan, aplikasi fintech dan digital yang dinamis, kesiapan SDM profesional dan terapan, kompetensi sesuai kebutuhan industri serta regulasi dan kebijakan pemerintah.
Setelah general session, SNTT 2018 dilanjutkan dengan paralel session. Sebanyak 152 presenter dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia memaparkan hasil penelitiannya yang dibagi dalam delapan ruang berdasarkan simposianya. “Alhamdulillah semua berjalan baik. Kita berusaha memperbaiki dari penyelenggarakan tahun lalu. Jika masih terdapat kekurangan semoga bisa disempurnakan dalam SNTT tahun mendatang,” tutur Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi, Ketua Panitia SNTT 2018 dari Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya yang merupakan doen Program Studi Diploma Kepariwisataan.
Yogyakarta (19/10) – Sekolah Vokasi UGM meresmikan sarana berbasis teknologi yang bekerjasama dengan PT Bank Central Asia (BCA) di Departemen Ekonomika dan Bisnis SV UGM. Acara peresmian tersebut dihadiri oleh pejabat dari BCA yaitu Ibu Inge Setiawati selaku Kepala Satuan Kerja CSR BCA, Bapak Sapto Rachmadi selaku Adviser BCA, Bapak Chandra Satya selaku Kepala divisi System Informasi BCA dan segenap Tim BCA. Adapun dari SV UGM yg hadir dalam acara tersebut di antaranya Dekan SV UGM Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni dan Perencanaan Strategis Bapak Radhian Krisnaputra, S.T., M.Eng., Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis Ibu Dra. Ike Yuli Andjani, M.Si., Ketua Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Bapak Nur Rohman Rosyid, S.T., M.T., D.Eng.,. Para dosen dan mahasiswa DEB serta DTEDI juga turut hadir dalam acara peresmian tersebut.
Dekan Sekolah Vokasi membuka acara dengan memberikan sambutan; beliau mengucapkan terimakasih kepada Mitra BCA. Beliau juga mengatakan “Aplikasi teknologi ini akan di terapkan pada kantin yang ada di SV UGM. Kita dari SV UGM telah mendapatkan sponsor knowledge dan technology dari BCA. Namun yang paling penting adalah SDM kita, karena mau tidak mau kita harus beralih ke jaman teknologi dan dengan begitu SDM kita mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman agar bisa lebih maju lagi”.
Sebelum acara serah terima dimulai, Ibu Inge Setiawati memberikan sambutan,
“Penantian panjang yang sudah membuahkan hasil, BCA yang sudah berkiprah selama 1 tahun kini telah berfokus ke SDM Indonesia. BCA sangat melihat pentingnya kemajuan dunia digital seperti saat ini kebanyakan dunia bisnis telah berbasis digital. Dengan adanya laboratorium mini bank ini merupakan salah satu upaya kami untuk berbagi dan saya sangat berterima kasih kepada UGM khususnya SV UGM, dalam mewujudkan kerjasama untuk meningkatkan SDM Indonesia.”
BCA memberikan bantuan Laboratorium Mini Bank senilai Rp 845 juta (bangunan, furniture, peralatan) dan supervisi pembangunan sistem mini bank yang dihasilkan dari kolaborasi antara Dosen, Mahasiswa DTEDI dan DEB. Mereka telah dibimbing oleh TIM Bapak Candra dalam rangka untuk mendukung praktik kegiatan operasional kerja cabang. Mahasiswa TEDI memberikan output berupa sistem mini bank yang operasional dasarnya dalam hal transaksi Customer Service dan Teller sehingga dengan ini bisa memberikan pembelajaran bagi mahasiswa DEB khususnya dalam pengoperasian mini bank dan aplikasi nyata di dunia kerja perbankan.
(17/10) — Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) kembali menyelenggarakan kongres tahunan untuk yang ke-5 kalinya. Namun demikian, tahun ini menjadi istimewa karena adanya agenda Nonton dan Diskusi Bareng Film Tengkorak, sebuah film karya dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM yang akan ditayangkan serentak di bioskop nasional pada 18 Oktober 2018. Agenda ini diprakarsai oleh Sekolah Vokasi IPB selaku Ketua FPTVI dan didukung sepenuhnya oleh FPTVI dan Fakultas Vokasi UNAIR.
Acara ini digelar di XXI Grand City Surabaya mulai pukul 19:00. Hadir di dalamnya para peserta Kongres V FPTVI yang terdiri atas para pimpinan dan dosen Pendidikan Tinggi Vokasi se-Indonesia. Dalam acara ini, Rektor UNAIR juga diundang sebagai tuan rumah penyelenggara Kongres V FPTVI.
Acara Nonton dan Diskusi Bareng Film Tengkorak: Bongkar Tengkorak menghadirkan Yusron Fuadi, dosen Sekolah Vokasi UGM yang merupakan sutradara dan juga pemeran utama dari film ini. Meskipun memiliki judul film yang terkesan horor, genre film ini adalah science fiction yang mengungkap sebuah temuan berupa tengkorak yang panjangnya melebihi batas wajar (1.850 m). Dalam film ini diceritakan, temuan tersebut memiliki kaitan dengan adanya gempa di Yogyakarta tahun 2006. Tokoh utama dari film ini adalah seorang gadis yang ditakdirkan untuk menjawab teka-teki dan akhir dari temuan tersebut. Peran ini dibawakan oleh Eka Nusa Pertiwi, seorang aktris teater yang sudah malang melintang di dunia pertunjukan.
Film Tengkorak yang digarap selama kurang lebih 4 tahun dengan biaya patungan ini telah mengikuti berbagai festival film seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta bulan Desember tahun lalu, kemudian masuk nominasi dalam Cinequest International Film Festival di California, USA, pada bulan Maret 2018, dan yang terbaru, Balinale International Film Festival Bali pada akhir bulan September 2018.
“Keseluruhan pembuatan film ini dimulai dari 0 tanpa bantuan dari produser besar di baliknya. Namun begitu, karena dengan kerja keras dan kemampuan seluruh mahasiswa dan dosen dari SV UGM khususnya prodi D3 Komputer dan Sistem Informasi (Komsi), akhirnya film ini bisa memberikan sajian yang berbeda dengan visual effect yang bisa dikatakan hampir setara dengan film Amerika,” ujar Bapak Wikan Sakarinto, Dekan Sekolah Vokasi sekaligus produser film ini.
Film Tengkorak menjadi salah satu bukti nyata bahwa pendidikan vokasi yang mengedepankan praktik mampu menghasilkan karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. (Nkv)
Yogyakarta (18/10), Sekolah Vokasi mengadakan rangkaian acara closing ceremony untuk mahasiswi dan dosen dari Chengdu Textile College, China. Banyak dari mereka yang merasa waktu terasa cepat berlalu karena seperti baru kemarin mereka disambut. Pimpinan Sekolah Vokasi, Dosen serta beberapa Mahasiswa turut meramaikan acara tersebut.
Dekan Sekolah Vokasi, Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan “Terima kasih telah hadir di Sekolah Vokasi dan UGM, semoga dengan kegiatan ini bisa memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi kalian semua. Jangan lupa kembali lagi untuk menikmati kota Jogja dan Indonesia”.
Acara yang diselenggarakan di Hall Gedung Perpustakaan SV UGM terasa lebih hangat dengan penampilan tarian tradisional dari mereka. 10 mahasiswi yang bernama Liu Yi, Wei Linzhen, Li Fuqiao, Liao Xueying, Li Minxi, Huang Lei, Xiang Xianting, Han Maoqin, Xie Yanling, Bu Lifang yang berfokus pada hal Food Biotechnology dan Tourism English tekah mengikuti berbagai kegiatan perkuliahan di jurusan Agroindustri serta di Departemen Bahasa, Sastra dan Manajemen Budaya (DBSMB) SV UGM, selain itu beberapa juga ada yang mengambil konsentrasi di Departemen Ekonomika dan Bisnis. kemudian 2 Dosen dari CDTC yaitu Ms. Liu Yanjung, Ms. Ren Xingyuan yang akan mengajar mengenai Construction/Architecture Engineering dan English.
Salah satu dosen dari CDTC mengatakan bahwa “Saya sangat takjub dengan Indonesia dan Jogja, saat saya berkeliling ke berbagai tempat sejarah di Jogja saya menemukan berbagai macam hal dan barang peninggalan yang sudah lama tercatat sebagai sejarah, siapa sangka ternyata beberapa barang tersebut juga ada di China, itu menjadi bukti bahwa Indonesia dan China sudah memiliki ikatan sejak lama. Kita harus meningkatkan dan menjaga hubungan kekeluargaan antara China dan Indonesia.”
Selanjutnya keseluruhan mahasiswi dari CDTC mempresentasikan apa yang telah mereka lakukan selama mengikuti kegiatan exchange program di Yogyakarta ini dan memaparkan mengenai kehidupan sehari-hari yang telah mereka lakukan. Mereka bercerita bahwa awalnya kesulitan dalam hal komunikasi di Jogja, karena mereka kurang paham dengan istilah-istilah umum jika mereka pergi tanpa didampingi oleh rekan Indonesia, namun lama kelamaan mereka mulai paham dan bisa berkeliling sendiri tanpa harus didampingi lagi.
Acara puncak dari Closing Ceremony ini adalah penampilan angklung yang memainkan lagu tradisional Indonesia mereka dengan menggunakan pakaian khas dari China yang berkolaborasi dengan Mahasiswa Bahasa Korea yang menggunakan pakaian tradisional Korea. Selain itu mereka juga menampilkan peragaan fashion show sekaligus mendeskripsikan dari masing-masing baju khas yang mereka kenakan.
Sebelum acara di tutup, Bapak Dekan dan Wakil Dekan memberikan sertifikat dan souvenir dari SV UGM kepada delegasi dari CDTC. Acara pun resmi ditutup dengan penampilan Bapak Dekan mengiringi Ms. Liu Yanjung dan Ms. Ren Xingyuan untuk menyanyikan lagu berbahasa China.