Arsip:

Rilis Berita

Dekan Sekolah Vokasi UGM Meresmikan Laboratorium Pengolahan Kakao

Dekan Sekolah Vokasi UGM meresmikan Ruang Riset dan Inkubasi Pengolahan Kakao atau laboratorium pengolahan kakao pada Rabu (18/4). Dalam acara ini sekaligus dilakukan penyerahan bantuan 10 alat pengolah kakao dari PT Mayora Indah Tbk. secara simbolis kepada Sekolah Vokasi UGM.

“Indonesia adalah salah satu penghasil kakao yang terbesar, tetapi kita selama ini hanya menjual mentahnya saja. Kita ingin mengubah itu, dari penjual kakao menjadi produsen cokelat,” ujar Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.

Wikan menuturkan pengembangan produksi olahan kakao ini menjadi langkah awal bagi program pemberdayaan masyarakat di dalam payung teaching industry UGM yang sedang dipersiapkan di Kabupaten Kulon Progo. Peralatan ini, ujarnya, bisa dimanfaatkan oleh sivitas akademika Sekolah Vokasi maupun dari fakultas lain di UGM sebagai sarana untuk melakukan kegiatan praktik.

Dengan adanya peralatan baru ini, diharapkan sumber daya manusia di UGM dapat menjadi lebih kreatif, terampil, dan inovatif, terutama dalam mengembangkan produk kakao.

“Alat ini akan dimanfaatkan secara rutin di laboratorium agroindustri, tapi kami juga berbagi dengan fakultas lain yang ingin memanfaatkan sarana ini untuk praktik pembelajaran, juga untuk aktivitas pengabdian. Ini menjadi satu langkah awal dalam payung besar program teaching industry yang akan memberdayakan masyarakat lokal,” jelasnya.

Ia menambahkan dalam rencana besar pengembangan tersebut, UGM perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dari pihak industri. Dalam bidang agroindustri, salah satu mitra yang digandeng adalah PT Mayora yang juga bergerak di bidang pengolahan makanan.

“Ini adalah bagian dari proses link and match yang terus berkembang. Kerja sama ini diawali dengan MOU yang merupakan kulit luarnya, di dalamnya ada upaya yang memiliki efek besar pada kemaslahatan masyarakat, khususnya dalam bidang agro dan pangan,” kata Wikan.

Sepuluh alat yang diterima dari PT Mayora adalah alat ukur kadar air biji kakao tipe digital (digimost), mesin sangrai kakao (roaster), alat uji belah kakao, mesin pemecah kulit dan pemecah biji kakao sangrai (desheller), mesin pemasta kasar cokelat, mesin penghalus lanjut (refiner), mesin koncing, perangkat pencetak adonan cokelat, pengempa lemak manual, serta mesin pembubuk cokelat.

Perwakilan dari PT Mayora, Ir. Johan Budi, mengungkapkan antusiasmenya untuk bekerja sama dengan UGM. Ia memuji semangat dan tekad UGM untuk terlibat langsung dalam menggerakkan berbagai sektor perekonomian masyarakat. Ia pun menyatakan dukungan terhadap upaya-upaya kerja sama dalam bentuk lain yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

“Atas nama direksi saya ingin menyampaikan terima kasih atas kerja sama ini. Kami merasa sangat terhormat bisa bekerja sama dengan UGM, dan kami senang bahwa dalam waktu yang singkat kerja sama kita sudah cukup membuahkan hasil. Masih banyak hal lain yang bisa kita kerjakan bersama, dan saya harap di waktu mendatang kerja sama kita bisa lebih berbuah banyak,” ucapnya. (Humas UGM/Gloria)

Sekolah Vokasi UGM Upayakan Kenaikan Pangkat dan Jabatan Dosen

Jumat (18/4), Komisi SDM Senat Akademik UGM, Prof. Bambang Purwanto, mengatakan jika perlu adanya pengembangan karir dosen dengan berbagai skema. Adapun pengembangan karir dosen meliputi sertifikasi, pengembangan kompetensi profesional melalui studi lanjut, kenaikan jabatan akademik dan pengembangan karya ilmiah, penelitian atau publikasi ilmiah.

Saat menjadi pembicara di acara Workshop Kenaikan Pangkat yang diadakan oleh Unit Sumber Daya Manusia Sekolah Vokasi UGM, Bambang mengatakan perguruan tinggi yang baik adalah yang memiliki kualitas riset tinggi, publikasi dan paten yang dimiliki, sitasi dan jumlah guru besar serta produktivitasnya dalam mempublikasi karyanya.

Namun demikian, di sisi lain masalah sumberdaya perguruan tinggi saat ini, masih banyaknya dosen yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal. Masalah lain adalah jumlah doktor yang rendah, banyak dosen belum memiliki jabatan akademik serta publikasi ilmiah dan jumlah guru besar yang sedikit.

“Padahal untuk mengurus kenaikan pangkat tidaklah sulit. Secara umum untuk mengurus kenaikan pangkat dari asisten ahli ke lektor, lektor ke lektor kepala dan lektor kepala ke guru besar adalah telah memenuhi angka kredit yang disyaratkan serta penulisan karya ilmiah dalam jurnal ilmiah nasional,” terangnya.

Bertempat di R.225 Gedung Iso Reksohadiprodjo SV UGM perwakilan Direktorat Sumber Daya Manusia UGM, Aries Tati mengungkapkan jika angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat harus memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dan angka kredit presentase per bidangnya dengan ketentuan paling rendah 90 % dari unsur utama dan paling tinggi 10 % dari unsur penunjang. Informasi kenaikan pangkat bisa diakses di PAK-Kemenristekdikti http://pak.ristekdikti.go.id/pakdosen.

“Harapan para dosen bisa naik jabatan dan pangkatnya karena lektor kepala dan guru besar menjadi kewajiban sebagai pengajar. Dan menjadi kewajiban universitas untuk memfasilitasi kenaikan pangkat mereka,” tandasnya.

 

Writing Workshop: Komitmen Sekolah Vokasi Tembus Jurnal Internasional

Kamis (12/4), Universitas Gadjah Mada terus menunjukkan komitmennya untuk menjadi universitas riset kelas dunia. Melalui Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Sekolah Vokasi UGM terus memupuk minat para dosen dan peneliti di lingkungan Sekolah Vokasi untuk terus aktif menghasilkan tulisan-tulisan yang berkualitas dan memberi kontribusi secara nyata untuk berbagai disiplin ilmu.

Dalam rangka mendukung keberhasilan UGM di bidang publikasi, PPM menyelenggarakan Writing Workshop yang bertempat di Ruang 225 Iso Reksohadiprodjo Sekolah Vokasi UGM. Sebagai pembicara dalam workshop tersebut adalah Prof. Volker Raddatz (Professor Departement Anglistik Humboldt University, Berlin).

Tavianto Noegroho: Save Our Asset, Save Our Nation

Selasa (10/4), Departemen Ekonomi dan Bisnis Sekolah Vokasi (SV) UGM bekerjasama dengan Kanwil Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Jawa Tengah dan DIY menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Peran Strategis Pengelolaan Kekayaaan Negara dalam Pembangunan Nasional” di Hall Perpustakaan SV UGM.

Dalam sambutannya Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni dan Rencana Strategi  Radhian Krisna Putra, S.T.,M.Eng menyatakan jika Sekolah Vokasi tidak bosan mengadakan Kuliah Umum untuk meningkatkan kompetensi lulusan.

“Bukan lagi saya belajar apa, tetapi saya mampu melakukan apa. Pelajaran hari ini kita bisa belajar bagaimana menilai aset kekayaan negara, karena kelak lulusan kami akan ambil peran untuk melakukan itu,” tutupnya.

Hadir dalam kuliah umum ini sebagai pembicara yakni Kepala Kanwil DJKN Jateng – DIY, Tavianto Noegroho, Kepala Sub Direktorat Barang Milik Negara 1 Kantor Pusat DJKN, Quswara.

Tavianto Noegroho yang hadir sebagai pembicara utama  kuliah umum tersebut sangat mengapreasiasi positif kegiatan ini. Lebih lanjut Ia memaparkan jika kita menyimpan aset kita, kita bisa tutrut serta menyelamatkan bangsa kita.

“Hasil dari pengoptimalan aset tersebut dapat menjadi salah satu sumber dana, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di UGM” ujarnya.

 

Sie Infornasi Kanwil DJKN Jateng-DIY, Edy Rusbiyantoro mengatakan, kuliah umum ini merupakan bagian dari proses edukasi kepada dunia pendidikan.

“Untuk pengenalan khususnya kepada generasi muda terkait dengan Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Kekayaaan Negara,” papar Edy.

Kegiatan kuliah umum ini rutin diselenggarakan oleh DJKN Jawa Tengah-DIY di dunia pendidikan seperti SMA dan SMP.

“Kalau kuliah umum kali ini membahas tentang pengelolaaan kekayaaan negara khusunya Barang Milik Negara (BMN) yakni barang yang diperoleh dari APBN atau dari hibah, tukar menukar,” lanjutnya.

Selain itu, pada kuliah umum ini juga akan dilaksanakan simulasi lelang, di mana para peserta yang hadir akan menjadi peserta lelang pasca simulasi ini.

“Ini supaya mereka praktik sekaligus mengenalkan lelang pada mahasiswa. Harapannya dengan kuliah umum ini supaya bisa memberikan edukasi terkait dengan tugas pokok dan fungsi DJKN kepada mahasiswa,” imbuh Edy.

Mahasiswa UGM Sabet Medali Emas dan Silver Kontes Robot di USA

Gadjah Mada Robotic Team (GMRT) atau Tim Robot Universitas Gadjah Mada, 7-8 April ini mengikuti kompetisi robot memadamkan api yang berlangsung di Oosting Gymnasium di Trinity College Ferris Athletic Center, Hartforf Connecticut, dalam rangka  “The 25th year of the Trinity College International Fire Fighting Home Robot Contest”. Tim GMRT UGM ini terdiri dari Dani Setyawan dan Adien Gumilang dari Fakultas Teknik, Habib Astari Adi dari Fakultas MIPA, dan Atin Yudi Wibowo dari Sekolah Vokasi.

“Mereka mengadu prestasi dengan para mahasiswa yang berasal dari lebih dari 60 tim yang berasal Amerika Serikat, Kanada, China, Ethiopia, Israel, Portugal, Persatuan Emirat Arab,”papar Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, Ph.D., Minggu (8/4).

Wikan yang juga pembimbing tim mengatakan GMRT merupakan tim yang berhasil menjadi juara umum pada Kontes Robot Indonesia (KRI) 2017. GMRT merupakan satu-satunya tim perwakilan dari Indonesia yang berlaga pada kompetisi ini. Dalam kompetisi ini, Tim GMRT menampilkan 2 buah robot, satu robot akan bertanding di 3 level, yakni level terendah, level sedang, dan level tertinggi. Satu robot lainnya akan bertanding di 2 level, yaitu level I dan level II.

“Pada kompetisi ini tim GMRT tidak menggunakan robot yang kemarin menang di tingkat nasional. Karena robot nasional tidak memiliki kemampuan bertanding di tingkat internasional sehingga ini (robot) murni dibuat ulang,” kata Wikan.

Berkat upaya kerja keras seluruh tim, GMRT berhasil membawa pulang satu medali emas dan satu medali silver dari ajang ini.

Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Budi Bowoleksono, mengatakan mahasiswa adalah aset bangsa yang harus didorong prestasinya.

PCC Gelar Training of Trainers (ToT) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Sabtu (7/4), Penalaran Center Comunity (PCC) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, devisi PKM Corner berhasil menyelanggarakan kegiatan ToT (Training of Trainers) mengenai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kegiatan ini mengupas tuntas mengenai beberapa bidang PKM yaitu PKM-KC, PKM-T, PKM-P, PKM-PSH. Selain ilmu yang didapatkan, peserta bisa sharing menganai PKM dan ide yang telah mereka persiapkan.

Bertempat di Ruang 225 acara dihadiri oleh lebih dari seratus mahasiswa Sekolah Vokasi. Ajang yang memupuk jiwa kreativitas ini mengusung tema “Tuangkan Idemu dalam PKM”, dengan tujuan untuk menggerakan mahasiswa mengikuti lomba atau kompetisi kepenulisan ilmiah.

Dengan konsep panel dua sesi, acara dibuka dengan motivasi dosen muda Fitri Damayanti Berutu, S.E., S.S., M.Sc., atau yang kerap dikenal dengan sebutan Jayco. Hadir sebagai narasumber Ma’un Budiyanto, ST., M.T., dosen D3 Teknik Elektro Sekolah Vokasi dan Dr. Med. Indwiani Astuti, dosen Fakultas Kedokteran.

“Dari sudut pandang saya, hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan PKM adalah kreativitas,” ungkap Maun.

Lebih lanjut Maun menegaskan bahwa kreativitas tidak harus baru, seperti petuah nenek moyang yang berbunyi Nonton, Niteni, Niru (Ngurangi, Nambahi, Ngilangake, Nganakake). Hal ini berarti bahwa ide inovasi hal-hal yang sudah ada bisa dikembangkan dengan sentuhan kreativitas. Ia menegaskan bahwa ide harus bisa bisa dituangkan dalam sebuah proposal PKM yang menarik sehingga juri terkesan saat membacanya.

Acara yang diagendakan dua kali ini dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa dan persiapan Program Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dilingkungan Sekolah Vokasi UGM. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong peningkatan mahasiswa dari Sekolah Vokasi khususnya yang lolos PKM dan PIMNAS.

Sekolah Vokasi Jalin Kerja Sama dengan PT Triputra Agro Persada

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., mengatakan lulusan Sekolah Vokasi diminta tidak hanya memegang ijazah dan transkrip nilai. Lebih dari itu, para lulusan Sekolah Vokasi UGM diharapkan memiliki sertifikasi kompetensi.

Untuk bisa lulus, kata Wikan, mahasiswa Sekolah Vokasi kini diberi tambahan syarat lulus toefl. Jika sebelumnya disepakati untuk lulus harus memiliki toefl 500, maka kini diperingan menjadi 450.

“Sertifikasi kompetensi harus, misalnya pro enginering, pengelasan, kemudian sertifikasi dari perusahaan dan sebagainya, serta syarat bahasa inggris toefl 500. Itu kemauan semula, namun kemudian disepakati syarat lulus 450 dan tidak ada tawar menawar lagi,” ujar Wikan, Rabu (29/3) saat penandatanganan kerja sama Sekolah Vokasi UGM dan PT. Triputra Agro Persada.

Menurut Wikan, semua yang dilakukan Sekolah Vokasi UGM adalah untuk membentuk kompetensi. Menurutnya, selain IPK yang tinggi maka penguasaan softskill, seperti komunikasi, leadership, problem solving, english, kemampuan presentasi, critical thinking dan kreativitas sangat diperlukan.

“IPK tinggi memang akan memudahkan untuk dipanggil wawancara. Namun, saat wawancara tidak bisa ngomong, tidak problem solving dan lain-lain, tentu akan meragukan bagi perusahaan. Oleh karena itu, kompetensi itu satu kesatuan, bukan hanya IPK. Ini yang kita desain dalam kurikulum kita,” katanya.

Kerja sama Sekolah Vokasi UGM dengan PT Triputra Agro Persada dalam bidang magang bekerja. Meski begitu kerja sama ini tidak menutup kemungkinan untuk bidang pendidikan dan pengembangan riset.

Sutedjo Halim selaku Direktur PT Triputra Agro Persada mengungkapkan kerja sama ini sebagai kesempatan untuk mewujudkan link and match. Sebab, dengan kerja sama ini bisa membantu banyak sekali orang yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan.

“Ini link and match sering disebut sebagai supply and demand. Pada saat ini kita melihat begitu banyak sekolah, namun banyak sekali orang yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan,” ungkapnya.

Sepakat dengan Dekan Sekolah Vokasi, Sutedjo Halim menyatakan memiliki nilai akademik baik tidak menjamin seseorang bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan soft skill, seperti bahasa Inggris sangat diperlukan.

“Kemajuan tidak bisa ditahan, terus dan yang bisa kita lakukan adalah merefresh diri untuk naik. Kalau tidak mau tentu akan tenggelam. Misalnya, penguasaan bahasa Inggris perlu karena kita sudah sering saat ini diundang pada forum-forum internasional,” tuturnya.

Kegiatan kerja sama diisi dengan executive sharing PT Triputra Agro Persada. Dilanjutkan dengan rekrutmen yang diikuti mahasiswa Sekolah Vokasi Prodi Teknik Mesin, Elektro, Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat dan Agroindustri.

UGM Tingkatkan Kerja Sama dengan Akashi College Jepang

UGM kembali menandatangani nota kesepahaman dengan National Institute of Technology, Akashi College (NITAC) Jepang pada Senin (26/3) di Gedung Pusat UGM. Setelah sebelumnya menandatangani Memorandum of Agreement (MOA) dengan Dekan Sekolah Vokasi UGM.

Nota kesepahaman ini menandai keberlanjutan kerja sama di antara kedua institusi yang telah berjalan dalam periode 5 tahun terakhir.

“Dalam 5 tahun ini kami telah melihat banyak aktivitas yang bermanfaat bagi kedua institusi. Mahasiswa kami pun telah menjalin komunikasi yang baik dengan mahasiswa UGM seiring berjalannya waktu,” ujar presiden NITAC, Dr. Hideaki Kasai.

Hideaki menuturkan, salah satu aktivitas kerja sama yang cukup diminati oleh para mahasiswanya adalah kegiatan pertukaran pelajar sehingga mahasiswa dari NITAC berkesempatan untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di beberapa departemen di UGM.

“Mahasiswa kami telah membawa hal-hal positif dari UGM ketika kembali ke Jepang. Mereka pun mendorong agar lebih banyak mahasiswa  bisa berpartisipasi dalam kegiatan serupa,” imbuhnya.

Ia juga memuji mahasiswa UGM yang melakukan pertukaran ke NITAC. Mahasiswa UGM, menurutnya, cukup banyak berkontribusi dalam kegiatan problem-based learning, serta cukup terbuka untuk belajar dan berpartisipasi dalam beragam kegiatan di lingkungan kampus.

“Kami sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan, apa yang sedang dilakukan untuk saat ini, serta apa yang bisa kita lakukan di waktu mendatang untuk menjaga jalinan kerja sama. Kami juga menunggu lebih banyak mahasiswa UGM untuk mengunjungi kami,” kata Hideaki.

Apresiasi terhadap kerja sama yang telah berlangsung juga diutarakan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Dalam kesempatan yang sama, ia menuturkan bahwa dalam kerja sama sebelumnya, kedua institusi telah sama-sama mendapatkan berbagai dampak positif.

Untuk periode kedua kerja sama yang akan berlangsung hingga 5 tahun mendatang, ia berharap agar intensitas dan variasi dari aktivitas kerja sama dapat ditingkatkan, salah satunya dengan melibatkan mahasiswa NITAC dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mahasiswa UGM di berbagai tempat di Indonesia.

“Harapannya dalam fase kedua akan lebih banyak aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas mahasiswa kita. Saya mengundang mahasiswa dari NITAC untuk tidak hanya mengikuti kegiatan akademik tetapi juga kegiatan pengabdian, semoga bisa lebih bermanfaat dan memberikan hasil yang lebih baik bagi kita bersama,” kata Panut.

Gandeng Lima Industry, Sekolah Vokasi Kembangkan Kerjasama untuk Pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis

Yogyakarta (24/03/18) – Sekolah Vokasi (SV) UGM melangsungkan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama dengan PT. Global Systech Medika, Asosiasi Perusahaan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Fasilitas Kesehatan (ALFAKES), Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB), Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI), dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Elektromedik Indonesia (ARTEMI) hari ini di Ruang Arimbi Hotel Cakra Kembang Yogyakarta.

Acara yang dihadiri oleh perwakilan dari beberapa stakeholder di bidang medik dan perwakilan lintas fakultas ini dibuka dengan sambutan Ketua Departement Layanan Informasi Kesehatan (LIKES) SV UGM Nur Rohman, S.Si., M.Kom. Dalam paparannya, Nur Rohman menyampaikan visi departemen untuk menjadi pelopor pendidikan vokasional di bidang medik. Saat ini LIKES memiliki dua program studi yaitu  Rekam Medis dan D4 Bidan Pendidik.

“Mimpi kami tidak hanya memiliki dua program studi, dan hari ini adalah momentum kami untuk memulai mimpi kami mendirikan satu program studi baru yang kita namakan D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis (TERM),” tegasnya.

Lebih lanjut, Nur menambahkan bahwa bantuan stakeholder sangat diharapkan untuk mewujudkan D4 TERM. Bantuan dalam bentuk ide, gagasan, kurikulum, tenaga pengajar, tempat praktik kerja lapangan, hingga serapan lulusan nantinya tepat sasaran.

Senada dengan yang disampaikan oleh Nur, Dekan SV UGM Wikan Sakarinto, Ph.D yang hadir untuk membuka acara ini menyampaikan bahwa antara pendidikan dan industri harus “linked and matched”, yang artinya harus dirancang menjadi basis perencanaan dan pengembangan inovasi akademik. Implementasi “linked and matched” dapat diwujudkan dalam konsep yang lebih detail dan komprehensif yang disebut dengan “Teaching Industry”. Dalam konsep “Teaching Industry,” industri berperan sebagai bagian dari proses pembelajaran vokasional, misalnya dengan menyediakan tempat praktik kerja lapangan.

“Sekarang tidak ada kompetisi di dalam negeri, adanya sinergi,” tutupnya.

Untuk memantapkan langkah pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis, pada kesempatan ini juga diadakan workshop dengan tema Pendidikan Kolaboratif Lintas Fakultas. Narasumber yang hadir yakni Ir. Supardjo, Dipl. IM, M. Kes. dari ALFAKES, Rd. Kartono Dwidjosewojo dari GAKESLAB, Her Gumiwang Ariswati, S.T, M.T. dari APTEMI, dan Agus Komarudin, S.T., M.T. dari IKATEMI.

Industri meyakinkan bahwa Sumber Daya Alam (SDM) yang handal khususnya dalam bidang elektromedis memang dibutuhkan. Untuk mempersiapkannya, tentunya dibutuhkan kerjasama industri dengan institusi karena Indonesia saat ini membutuhkan setidaknya 21.000 SDM yang siap bekerja.

“UGM bisa tidak memenuhi target ini?” tanya Raden Kartono yang disambut tepuk tangan audience.

Dari workshop ini, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang berbau teknologi tidak hanya laku di Indonesia. Ke depannya, ada harapan bahwa SDM dalam negeri dengan sentuhan teknologi mampu memproduksi alat sendiri (tidak selalu impor). Sebagai calon user yang akan memanfaatkan lulusan SV, pada prinsipnya industri mendukung penuh pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis.

 

Prodi Agroindustry Adakan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao

Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Hingga saat ini, produksi kakao secara nasional mencapai angka 700 ribu ton. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.

Sayangnya, potensi ini belum digarap secara optimal oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat hanya menjual biji kakao yang telah difermentasi dan tidak mengolahnya menjadi produk lain yang bernilai tambah. Apalagi, dengan bagian kakao lainnya seperti daging buah dan kulit kakao. Kedua bagian ini tidak banyak dimanfaatkan dan hanya berakhir menjadi sampah.

Hal tersebut juga terjadi pada petani kakao di Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, sebagai salah satu produsen kakao di DIY. Daerah tersebut banyak menghasilkan kakao, namun produksi kakaonya masih tertinggal terutama dalam inovasi pengolahan kakao karena kualitas sumber daya manusia yang terbatas.

Prihatin atas fenomena itu Program Studi Agroindustri Sekolah Vokasi UGM melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat mencoba mengoptimalisasikan potensi agrobisnis kakao melalui pengembangan produk cokelat.

Bertempat di ruang sidang agroindustri diadakan workshop “Peningkatan Keterampilan dan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao Skala Kecil” yang dihadiri oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki, Sumber Rejeki Banjaroyo dan Perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Diketahui sebelumnya PT. Mayora Indah Tbk memberikan bantuan peralatan praktik pengolahan kakao kepada Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner SV UGM senilai Rp189.295.000.

“Dinas mendukung penuh Bapak/Ibu untuk berkembang, KWT mohon diaktifkan karena kita juga akan memberikan bantuan peralatan serupa,” kata Widiastuti perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Widiastuti mengungkapkan jika dipasaran cokelat bubuk lebih mudah dipasarkan, dan butuh inovasi-inovasi rasa lainnya yang berbeda dari yang lain sehingga keuntungan yang diperoleh bisa lumayan besar.

Melalui program ini mereka memberikan pendampingan pengolahan kakao menjadi produk cokelat yang bernilai ekonomis petani kakao yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rejeki dan Sumber Rejeki.

Dengan pemberian pelatihan pengolahan kakao dengan mesin baru yang dimiliki SV UGM diharapkan bisa menciptakan sumber daya manusia kreatif, terampil, dan inovatif dalam pengembangan produk kakao. Dengan begitu, kedepan masyarakat dapat mengembangkan berbagai produk olahan kakao secara mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Melalui hasil olahan limbah kakao tersebut juga diharapkan dapat mendongkrak potensi agrowisata dan agribisnis di Desa Banjaroyo,”pungkas Ketua Program Studi Agroindustri SV UGM.