Arsip:

Rilis Berita

Tavianto Noegroho: Save Our Asset, Save Our Nation

Selasa (10/4), Departemen Ekonomi dan Bisnis Sekolah Vokasi (SV) UGM bekerjasama dengan Kanwil Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Jawa Tengah dan DIY menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Peran Strategis Pengelolaan Kekayaaan Negara dalam Pembangunan Nasional” di Hall Perpustakaan SV UGM.

Dalam sambutannya Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni dan Rencana Strategi  Radhian Krisna Putra, S.T.,M.Eng menyatakan jika Sekolah Vokasi tidak bosan mengadakan Kuliah Umum untuk meningkatkan kompetensi lulusan.

“Bukan lagi saya belajar apa, tetapi saya mampu melakukan apa. Pelajaran hari ini kita bisa belajar bagaimana menilai aset kekayaan negara, karena kelak lulusan kami akan ambil peran untuk melakukan itu,” tutupnya.

Hadir dalam kuliah umum ini sebagai pembicara yakni Kepala Kanwil DJKN Jateng – DIY, Tavianto Noegroho, Kepala Sub Direktorat Barang Milik Negara 1 Kantor Pusat DJKN, Quswara.

Tavianto Noegroho yang hadir sebagai pembicara utama  kuliah umum tersebut sangat mengapreasiasi positif kegiatan ini. Lebih lanjut Ia memaparkan jika kita menyimpan aset kita, kita bisa tutrut serta menyelamatkan bangsa kita.

“Hasil dari pengoptimalan aset tersebut dapat menjadi salah satu sumber dana, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di UGM” ujarnya.

 

Sie Infornasi Kanwil DJKN Jateng-DIY, Edy Rusbiyantoro mengatakan, kuliah umum ini merupakan bagian dari proses edukasi kepada dunia pendidikan.

“Untuk pengenalan khususnya kepada generasi muda terkait dengan Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Kekayaaan Negara,” papar Edy.

Kegiatan kuliah umum ini rutin diselenggarakan oleh DJKN Jawa Tengah-DIY di dunia pendidikan seperti SMA dan SMP.

“Kalau kuliah umum kali ini membahas tentang pengelolaaan kekayaaan negara khusunya Barang Milik Negara (BMN) yakni barang yang diperoleh dari APBN atau dari hibah, tukar menukar,” lanjutnya.

Selain itu, pada kuliah umum ini juga akan dilaksanakan simulasi lelang, di mana para peserta yang hadir akan menjadi peserta lelang pasca simulasi ini.

“Ini supaya mereka praktik sekaligus mengenalkan lelang pada mahasiswa. Harapannya dengan kuliah umum ini supaya bisa memberikan edukasi terkait dengan tugas pokok dan fungsi DJKN kepada mahasiswa,” imbuh Edy.

Mahasiswa UGM Sabet Medali Emas dan Silver Kontes Robot di USA

Gadjah Mada Robotic Team (GMRT) atau Tim Robot Universitas Gadjah Mada, 7-8 April ini mengikuti kompetisi robot memadamkan api yang berlangsung di Oosting Gymnasium di Trinity College Ferris Athletic Center, Hartforf Connecticut, dalam rangka  “The 25th year of the Trinity College International Fire Fighting Home Robot Contest”. Tim GMRT UGM ini terdiri dari Dani Setyawan dan Adien Gumilang dari Fakultas Teknik, Habib Astari Adi dari Fakultas MIPA, dan Atin Yudi Wibowo dari Sekolah Vokasi.

“Mereka mengadu prestasi dengan para mahasiswa yang berasal dari lebih dari 60 tim yang berasal Amerika Serikat, Kanada, China, Ethiopia, Israel, Portugal, Persatuan Emirat Arab,”papar Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, Ph.D., Minggu (8/4).

Wikan yang juga pembimbing tim mengatakan GMRT merupakan tim yang berhasil menjadi juara umum pada Kontes Robot Indonesia (KRI) 2017. GMRT merupakan satu-satunya tim perwakilan dari Indonesia yang berlaga pada kompetisi ini. Dalam kompetisi ini, Tim GMRT menampilkan 2 buah robot, satu robot akan bertanding di 3 level, yakni level terendah, level sedang, dan level tertinggi. Satu robot lainnya akan bertanding di 2 level, yaitu level I dan level II.

“Pada kompetisi ini tim GMRT tidak menggunakan robot yang kemarin menang di tingkat nasional. Karena robot nasional tidak memiliki kemampuan bertanding di tingkat internasional sehingga ini (robot) murni dibuat ulang,” kata Wikan.

Berkat upaya kerja keras seluruh tim, GMRT berhasil membawa pulang satu medali emas dan satu medali silver dari ajang ini.

Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Budi Bowoleksono, mengatakan mahasiswa adalah aset bangsa yang harus didorong prestasinya.

PCC Gelar Training of Trainers (ToT) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Sabtu (7/4), Penalaran Center Comunity (PCC) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, devisi PKM Corner berhasil menyelanggarakan kegiatan ToT (Training of Trainers) mengenai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kegiatan ini mengupas tuntas mengenai beberapa bidang PKM yaitu PKM-KC, PKM-T, PKM-P, PKM-PSH. Selain ilmu yang didapatkan, peserta bisa sharing menganai PKM dan ide yang telah mereka persiapkan.

Bertempat di Ruang 225 acara dihadiri oleh lebih dari seratus mahasiswa Sekolah Vokasi. Ajang yang memupuk jiwa kreativitas ini mengusung tema “Tuangkan Idemu dalam PKM”, dengan tujuan untuk menggerakan mahasiswa mengikuti lomba atau kompetisi kepenulisan ilmiah.

Dengan konsep panel dua sesi, acara dibuka dengan motivasi dosen muda Fitri Damayanti Berutu, S.E., S.S., M.Sc., atau yang kerap dikenal dengan sebutan Jayco. Hadir sebagai narasumber Ma’un Budiyanto, ST., M.T., dosen D3 Teknik Elektro Sekolah Vokasi dan Dr. Med. Indwiani Astuti, dosen Fakultas Kedokteran.

“Dari sudut pandang saya, hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan PKM adalah kreativitas,” ungkap Maun.

Lebih lanjut Maun menegaskan bahwa kreativitas tidak harus baru, seperti petuah nenek moyang yang berbunyi Nonton, Niteni, Niru (Ngurangi, Nambahi, Ngilangake, Nganakake). Hal ini berarti bahwa ide inovasi hal-hal yang sudah ada bisa dikembangkan dengan sentuhan kreativitas. Ia menegaskan bahwa ide harus bisa bisa dituangkan dalam sebuah proposal PKM yang menarik sehingga juri terkesan saat membacanya.

Acara yang diagendakan dua kali ini dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa dan persiapan Program Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dilingkungan Sekolah Vokasi UGM. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong peningkatan mahasiswa dari Sekolah Vokasi khususnya yang lolos PKM dan PIMNAS.

Sekolah Vokasi Jalin Kerja Sama dengan PT Triputra Agro Persada

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., mengatakan lulusan Sekolah Vokasi diminta tidak hanya memegang ijazah dan transkrip nilai. Lebih dari itu, para lulusan Sekolah Vokasi UGM diharapkan memiliki sertifikasi kompetensi.

Untuk bisa lulus, kata Wikan, mahasiswa Sekolah Vokasi kini diberi tambahan syarat lulus toefl. Jika sebelumnya disepakati untuk lulus harus memiliki toefl 500, maka kini diperingan menjadi 450.

“Sertifikasi kompetensi harus, misalnya pro enginering, pengelasan, kemudian sertifikasi dari perusahaan dan sebagainya, serta syarat bahasa inggris toefl 500. Itu kemauan semula, namun kemudian disepakati syarat lulus 450 dan tidak ada tawar menawar lagi,” ujar Wikan, Rabu (29/3) saat penandatanganan kerja sama Sekolah Vokasi UGM dan PT. Triputra Agro Persada.

Menurut Wikan, semua yang dilakukan Sekolah Vokasi UGM adalah untuk membentuk kompetensi. Menurutnya, selain IPK yang tinggi maka penguasaan softskill, seperti komunikasi, leadership, problem solving, english, kemampuan presentasi, critical thinking dan kreativitas sangat diperlukan.

“IPK tinggi memang akan memudahkan untuk dipanggil wawancara. Namun, saat wawancara tidak bisa ngomong, tidak problem solving dan lain-lain, tentu akan meragukan bagi perusahaan. Oleh karena itu, kompetensi itu satu kesatuan, bukan hanya IPK. Ini yang kita desain dalam kurikulum kita,” katanya.

Kerja sama Sekolah Vokasi UGM dengan PT Triputra Agro Persada dalam bidang magang bekerja. Meski begitu kerja sama ini tidak menutup kemungkinan untuk bidang pendidikan dan pengembangan riset.

Sutedjo Halim selaku Direktur PT Triputra Agro Persada mengungkapkan kerja sama ini sebagai kesempatan untuk mewujudkan link and match. Sebab, dengan kerja sama ini bisa membantu banyak sekali orang yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan.

“Ini link and match sering disebut sebagai supply and demand. Pada saat ini kita melihat begitu banyak sekolah, namun banyak sekali orang yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan,” ungkapnya.

Sepakat dengan Dekan Sekolah Vokasi, Sutedjo Halim menyatakan memiliki nilai akademik baik tidak menjamin seseorang bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan soft skill, seperti bahasa Inggris sangat diperlukan.

“Kemajuan tidak bisa ditahan, terus dan yang bisa kita lakukan adalah merefresh diri untuk naik. Kalau tidak mau tentu akan tenggelam. Misalnya, penguasaan bahasa Inggris perlu karena kita sudah sering saat ini diundang pada forum-forum internasional,” tuturnya.

Kegiatan kerja sama diisi dengan executive sharing PT Triputra Agro Persada. Dilanjutkan dengan rekrutmen yang diikuti mahasiswa Sekolah Vokasi Prodi Teknik Mesin, Elektro, Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat dan Agroindustri.

UGM Tingkatkan Kerja Sama dengan Akashi College Jepang

UGM kembali menandatangani nota kesepahaman dengan National Institute of Technology, Akashi College (NITAC) Jepang pada Senin (26/3) di Gedung Pusat UGM. Setelah sebelumnya menandatangani Memorandum of Agreement (MOA) dengan Dekan Sekolah Vokasi UGM.

Nota kesepahaman ini menandai keberlanjutan kerja sama di antara kedua institusi yang telah berjalan dalam periode 5 tahun terakhir.

“Dalam 5 tahun ini kami telah melihat banyak aktivitas yang bermanfaat bagi kedua institusi. Mahasiswa kami pun telah menjalin komunikasi yang baik dengan mahasiswa UGM seiring berjalannya waktu,” ujar presiden NITAC, Dr. Hideaki Kasai.

Hideaki menuturkan, salah satu aktivitas kerja sama yang cukup diminati oleh para mahasiswanya adalah kegiatan pertukaran pelajar sehingga mahasiswa dari NITAC berkesempatan untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di beberapa departemen di UGM.

“Mahasiswa kami telah membawa hal-hal positif dari UGM ketika kembali ke Jepang. Mereka pun mendorong agar lebih banyak mahasiswa  bisa berpartisipasi dalam kegiatan serupa,” imbuhnya.

Ia juga memuji mahasiswa UGM yang melakukan pertukaran ke NITAC. Mahasiswa UGM, menurutnya, cukup banyak berkontribusi dalam kegiatan problem-based learning, serta cukup terbuka untuk belajar dan berpartisipasi dalam beragam kegiatan di lingkungan kampus.

“Kami sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan, apa yang sedang dilakukan untuk saat ini, serta apa yang bisa kita lakukan di waktu mendatang untuk menjaga jalinan kerja sama. Kami juga menunggu lebih banyak mahasiswa UGM untuk mengunjungi kami,” kata Hideaki.

Apresiasi terhadap kerja sama yang telah berlangsung juga diutarakan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Dalam kesempatan yang sama, ia menuturkan bahwa dalam kerja sama sebelumnya, kedua institusi telah sama-sama mendapatkan berbagai dampak positif.

Untuk periode kedua kerja sama yang akan berlangsung hingga 5 tahun mendatang, ia berharap agar intensitas dan variasi dari aktivitas kerja sama dapat ditingkatkan, salah satunya dengan melibatkan mahasiswa NITAC dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mahasiswa UGM di berbagai tempat di Indonesia.

“Harapannya dalam fase kedua akan lebih banyak aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas mahasiswa kita. Saya mengundang mahasiswa dari NITAC untuk tidak hanya mengikuti kegiatan akademik tetapi juga kegiatan pengabdian, semoga bisa lebih bermanfaat dan memberikan hasil yang lebih baik bagi kita bersama,” kata Panut.

Gandeng Lima Industry, Sekolah Vokasi Kembangkan Kerjasama untuk Pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis

Yogyakarta (24/03/18) – Sekolah Vokasi (SV) UGM melangsungkan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama dengan PT. Global Systech Medika, Asosiasi Perusahaan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Fasilitas Kesehatan (ALFAKES), Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB), Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI), dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Elektromedik Indonesia (ARTEMI) hari ini di Ruang Arimbi Hotel Cakra Kembang Yogyakarta.

Acara yang dihadiri oleh perwakilan dari beberapa stakeholder di bidang medik dan perwakilan lintas fakultas ini dibuka dengan sambutan Ketua Departement Layanan Informasi Kesehatan (LIKES) SV UGM Nur Rohman, S.Si., M.Kom. Dalam paparannya, Nur Rohman menyampaikan visi departemen untuk menjadi pelopor pendidikan vokasional di bidang medik. Saat ini LIKES memiliki dua program studi yaitu  Rekam Medis dan D4 Bidan Pendidik.

“Mimpi kami tidak hanya memiliki dua program studi, dan hari ini adalah momentum kami untuk memulai mimpi kami mendirikan satu program studi baru yang kita namakan D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis (TERM),” tegasnya.

Lebih lanjut, Nur menambahkan bahwa bantuan stakeholder sangat diharapkan untuk mewujudkan D4 TERM. Bantuan dalam bentuk ide, gagasan, kurikulum, tenaga pengajar, tempat praktik kerja lapangan, hingga serapan lulusan nantinya tepat sasaran.

Senada dengan yang disampaikan oleh Nur, Dekan SV UGM Wikan Sakarinto, Ph.D yang hadir untuk membuka acara ini menyampaikan bahwa antara pendidikan dan industri harus “linked and matched”, yang artinya harus dirancang menjadi basis perencanaan dan pengembangan inovasi akademik. Implementasi “linked and matched” dapat diwujudkan dalam konsep yang lebih detail dan komprehensif yang disebut dengan “Teaching Industry”. Dalam konsep “Teaching Industry,” industri berperan sebagai bagian dari proses pembelajaran vokasional, misalnya dengan menyediakan tempat praktik kerja lapangan.

“Sekarang tidak ada kompetisi di dalam negeri, adanya sinergi,” tutupnya.

Untuk memantapkan langkah pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis, pada kesempatan ini juga diadakan workshop dengan tema Pendidikan Kolaboratif Lintas Fakultas. Narasumber yang hadir yakni Ir. Supardjo, Dipl. IM, M. Kes. dari ALFAKES, Rd. Kartono Dwidjosewojo dari GAKESLAB, Her Gumiwang Ariswati, S.T, M.T. dari APTEMI, dan Agus Komarudin, S.T., M.T. dari IKATEMI.

Industri meyakinkan bahwa Sumber Daya Alam (SDM) yang handal khususnya dalam bidang elektromedis memang dibutuhkan. Untuk mempersiapkannya, tentunya dibutuhkan kerjasama industri dengan institusi karena Indonesia saat ini membutuhkan setidaknya 21.000 SDM yang siap bekerja.

“UGM bisa tidak memenuhi target ini?” tanya Raden Kartono yang disambut tepuk tangan audience.

Dari workshop ini, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang berbau teknologi tidak hanya laku di Indonesia. Ke depannya, ada harapan bahwa SDM dalam negeri dengan sentuhan teknologi mampu memproduksi alat sendiri (tidak selalu impor). Sebagai calon user yang akan memanfaatkan lulusan SV, pada prinsipnya industri mendukung penuh pendirian D4 Teknologi Rekayasa Elektromedis.

 

Prodi Agroindustry Adakan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao

Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Hingga saat ini, produksi kakao secara nasional mencapai angka 700 ribu ton. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.

Sayangnya, potensi ini belum digarap secara optimal oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat hanya menjual biji kakao yang telah difermentasi dan tidak mengolahnya menjadi produk lain yang bernilai tambah. Apalagi, dengan bagian kakao lainnya seperti daging buah dan kulit kakao. Kedua bagian ini tidak banyak dimanfaatkan dan hanya berakhir menjadi sampah.

Hal tersebut juga terjadi pada petani kakao di Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, sebagai salah satu produsen kakao di DIY. Daerah tersebut banyak menghasilkan kakao, namun produksi kakaonya masih tertinggal terutama dalam inovasi pengolahan kakao karena kualitas sumber daya manusia yang terbatas.

Prihatin atas fenomena itu Program Studi Agroindustri Sekolah Vokasi UGM melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat mencoba mengoptimalisasikan potensi agrobisnis kakao melalui pengembangan produk cokelat.

Bertempat di ruang sidang agroindustri diadakan workshop “Peningkatan Keterampilan dan Pelatihan Penggunaan Mesin Pengolah Kakao Skala Kecil” yang dihadiri oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki, Sumber Rejeki Banjaroyo dan Perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Diketahui sebelumnya PT. Mayora Indah Tbk memberikan bantuan peralatan praktik pengolahan kakao kepada Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner SV UGM senilai Rp189.295.000.

“Dinas mendukung penuh Bapak/Ibu untuk berkembang, KWT mohon diaktifkan karena kita juga akan memberikan bantuan peralatan serupa,” kata Widiastuti perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Widiastuti mengungkapkan jika dipasaran cokelat bubuk lebih mudah dipasarkan, dan butuh inovasi-inovasi rasa lainnya yang berbeda dari yang lain sehingga keuntungan yang diperoleh bisa lumayan besar.

Melalui program ini mereka memberikan pendampingan pengolahan kakao menjadi produk cokelat yang bernilai ekonomis petani kakao yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rejeki dan Sumber Rejeki.

Dengan pemberian pelatihan pengolahan kakao dengan mesin baru yang dimiliki SV UGM diharapkan bisa menciptakan sumber daya manusia kreatif, terampil, dan inovatif dalam pengembangan produk kakao. Dengan begitu, kedepan masyarakat dapat mengembangkan berbagai produk olahan kakao secara mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Melalui hasil olahan limbah kakao tersebut juga diharapkan dapat mendongkrak potensi agrowisata dan agribisnis di Desa Banjaroyo,”pungkas Ketua Program Studi Agroindustri SV UGM.

SV UGM Jalin Kerja Sama dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik

Sekolah Vokasi UGM menjalin kerja sama dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik(BBKB), ditandai dengan penandatanganan MoU pada Jumat (16/3) di Departemen Teknik Elektro dan Informatika SV UGM.

Selain menandatangani MoU, dalam kesempatan ini BBKB juga memberikan kuliah umum bagi mahasiswa sekolah vokasi terkait persyaratan umum kompetensi laboratorium uji/kalibrasi.

“Bersyukur Bapak Ibu dari Balai Besar Kerajinan dan Batik bisa datang ke sini untuk menandatangani MoU. Bapak Ibu ini telah memiliki pengalaman dan juga jaringan yang luas, mari bagikan kepada kami,” ujar Dekan Sekolah Vokasi, Wikan Sakarinto.

BBKB merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bergerak di bidang riset, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi,  rancang bangun, rekayasa, diklat, konsultasi industri dan sebagai  unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian.

Wikan menuturkan, kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri merupakan hal yang penting untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan saat ini sehingga selepas lulus kuliah mereka bisa langsung berkarya dalam sektor-sektor yang penting dan turut menjadi penggerak perekonomian nasional.

Jika kondisi ideal tersebut bisa diwujudkan, imbuhnya, maka Indonesia tidak perlu khawatir terhadap ancaman masuknya industri asing karena industri dalam negeri sendiri sudah cukup kuat. Namun, hingga saat ini sinergi itu belum cukup terbangun.

“Jika kita dan industri serta balai besar yang ada bisa bersatu, yang lain masuk pun kita tidak takut. Sayangnya link and match belum berjalan, industri masih jalan sendiri, kampus pun jalan sendiri. Yang salah karena kita tidak ada komunikasi,” jelasnya.

Demi mewujudkan sinergi yang baik tersebut, Wikan menyebutkan bahwa Sekolah Vokasi terbuka terhadap masukan dari praktisi, termasuk dari BBKB, terkait kurikulum dan proses pendidikan di Sekolah Vokasi, jika ada yang bisa diperbaiki untuk meningkatkan kualitas lulusannya.

Ia juga berharap melalui kerja sama dengan BBKB, Sekolah Vokasi dapat mendukung upaya untuk mengembangkan industri kreatif, khususnya dalam kerajinan dan juga batik yang merupakan warisan budaya Indonesia yang bernilai tinggi.

“Mari bersatu lestarikan warisan bangsa Indonesia dan membangkitkan industri kreatif yang merupakan potensi kita. Korea Selatan maju bukan hanya karena bisa membuat mobil atau barang elektronik, tapi juga berkat K-Pop dan K-Drama. Itu berarti industri kreatif sangat penting,” kata Wikan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik Ir. Isananto Winursito, M. Eng, Ph.D menuturkan bahwa lembaga yang ia kelola memerlukan kompetensi yang dimiliki mahasiswa dan pengajar Sekolah Vokasi untuk mengembangkan teknologi yang dapat mendukung para pelaku industri kreatif.

“Dengan adanya Sekolah Vokasi yang hebat ini kami berharap bisa belajar juga. MoU ini adalah langkah awal. Kami pasti akan mendukung kegiatan vokasi karena ini memang sangat penting untuk mendidik anak-anak kita,” ucap Isananto.

5 Besar Design Terbaik Muscle Car, Mahasiswa SV UGM Buktikan Disabilitas Bukan Halangan Untuk Berprestasi

Rabu (14/3), Electric Car Design Contest di selenggarakan oleh Muscle Car Indonesia (MCI) . Terlibat sebagai juri diacara ini yaitu Ricky Elson, Perancang Mobil Listrik Selo, Victor Wirawan Ketua MCI, Kunto Wibisono General Manager Kupu Kupu Malam, Galih Laksono Owner Gspeed Indonesia.

Mahasiswa Sekolah Vokasi UGM Program Studi Komputer dan Sistem Informasi TA. 2016, Muhammad Fahmi Husaen berhasil masuk top 5 diajang ini. Hasil ini tak terlepas dari proses kerja kerasnya selama satu bulan lebih untuk merancang sketsa desain mobil.

Ia menceritakan bahwa kontes ini bertema mobil roadster yang merupakan mobil atap terbuka. Sebelum ditanyatakan masuk top 5, sepuluh desain terbaik diminta presentasi di depan juri, proses seleksi menggunakan like dan seleksi juri. Semua desain yang di submit, diunggah di official akun MCI kemudian desain yang tembus 5000 like difilter lagi menjadi 10 finalis terpilih.

“Konsep desain mobil listrik saya adalah dynamic dan elegant dimana bentuk mobil dinamis memaksimalkan aliran angin untuk meningkatkan pengendalian namun tetap memiliki desain yang simple,” tegasnya.

Fahmi menambahkan bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu bulan dari deadline pengumpulan, sketsa desain baru selesai. Baru kemudian proses dilanjutkan dengan membuat model 3D. Ia mengaku jika tersisa waktu yang  sangat singkat untuk mengerjakan model 3D dikarenakan saat itu sedang masa liburan.

“Setiap hari saya lembur dari pagi hingga malam, waktu tidur kadang hanya sebentar,” ujarnya.

Lebih jauh Fahmi menjelaskan jika Ia menggunakan software Adobe Illustrator, Autodesk Alias, Solidworks dan Keyshot. Sketsa yang sudah dibuat diproyeksikan ke blueprint dengan tampilan depan, samping dan atas sebagai guide untuk membuat model 3D. Hanya garis desain secara garis besar saja yang diproyeksikan. Ia mengaku menggunakan software Adobe Illustrator pada proses ini.

Beralih untuk model 3D bodi utama dan interior serta beberapa bagian lain seperti lampu depan, lampu belakang, part pada interior, Fahmi menggunakan software Autodesk Alias. Gambar blueprint dimasukkan kedalam Autodesk Alias sebagai guide modelling. Untuk Autodesk Alias Ia masih belajar, sehingga Ia membuat sambil belajar hanya mengandalkan youtube. Fahmi menjelaskan bahwa biasanya Ia menggunakan software Autodesk 3Ds Max untuk membuat body dan interior, namun kali ini beralih ke Autodesk Alias karena hasil terlihat lebih rapi.

Software Solidworks digunakan untuk membuat bagian roda, jok dan setir. Kemudian untuk membuat bagian dengan menggunakan software solidworks pertama harus membuat part-part tersendiri, Untuk bagian roda part-nya antara lain, velk, ban, kaliper, cakram rem, kampas dan lain lain. Selanjutnya semua part roda dirakit menjadi satu.

Proses terakhir yaitu menggabungkan keseluruhan part dan rendering atau mengekspor menjadi gambar, pada proses ini Ia menggunakan software Keyshot. Setelah semua bagian disatukan, proses selanjutnya memberikan pewarnaan dan lingkungan, kemudian mengatur pencahayaan dan kamera, terakhir memulai proses rendering. Proses rendering rata rata memakan waktu 20 menit untuk satu gambar.

Bertempat di kantor MSI, Tangerang (3/3),  Fahmi mempresentasikan karyanya dengan 17 presenter terpilih lainnya. Ia menceritakan keberangkatannya yang hanya ditemani oleh Ibunya H-1 kompetisi.

“Untuk saya yang difabel menggunakan pesawat agak melelahkan dikarenakan untuk naik ke pesawat, kursi roda harus diangkat ke atas dekat pintu pesawat kemudian digendong oleh ibu saya untuk memasuki pesawat, begitu juga untuk turun dari pesawat dengan cara yang sama. Namun untuk turun biasanya saya digendong ke kursi roda bandara terlebih dahulu kemudian harus pindah lagi ke kursi roda yang dibawa sendiri,” terangnya.

Tiba waktu pengumuman, terpilih 5 desain terbaik dimana juri tidak mengurutkan peringkat, sehingga kelima finalis mempunyai peringkat yang setara. Dari lima desain terbaik dipilih pemenang pertama dan desain akan diwujudkan dalam bentuk prototype dalam satu tahun kedepan. Namun tidak menutup kemungkinan finalis lainnya akan terlibat pada pembuatannya.

Mahasiswa Ibaraki Tuntaskan Program Pertukaran Pelajar di Sekolah Vokasi UGM

Rabu (14/3), Sekolah Vokasi UGM melalui Unit Kantor Urusan Internasional (KUI) menggelar acara Penutupan Program Student Exchange  Ibaraki College. Sogo Amagai, Mahasiswa asal Ibaraki College sudah mengikuti program pertukaran pelajar selama 15 hari di Departemen Teknik Elektro dan Informatika (TEDI) khususnya Program Studi D3 Elektronika dan Instrumentasi.

Hadir dalam acara ini, Prof. Takizawa dari Ibaraki College, Dr. SIlvi Nur Oktalina Wakil Dekan Bidang Urusan Internasional, Nur Rohman Rosyid, S.T., M.T.D.Eng Ketua Departemen Teknik Elektro dan Informatika, didampingi Manager KUI, Kepala Program Studi D3 Studi Bahasa Jepang, dan Dosen-dosen perwakilan dari TEDI.

Selama dua minggu Soga Amagai mengikuti program perkuliahan baik teori di kelas maupun kuliah praktikum. Tak hanya itu, Soga juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi industri di bidang elektronika yang ada di Yogyakarta. Didampingin beberapa mahasiswa SV UGM yang telah ditunjuk menjadi “buddy”,  Soga juga mendapatkan pengenalan Budaya Indonesia.

Dalam presentasinya Sogo menyampaikan rasa terimakasihnya untuk semua pihak yang sudah membantu. Dilanjutkan ceritanya berjalan-jalan dan mencicipi makanan khas kota gudeg ini. Tak lupa Ia sampaikan makanan kesukaannya disini yaitu mie ayam yang disambut gelak tawa audiance. Selain kesempatan mengenal budaya disini, Sogo mengerjakan mini project yang sudah dirancangnya selama belajar disini.

Sesuai rencana pada bulan Juni mendatang Sekolah Vokasi UGM akan mengirimkan balik mahasiswanya untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Ibaraki College Japan. Namun kesempatan baik ini hanya bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa TEDI. Tidak menutup kemungkinan untuk memperluas kerjasama akademik melalui studi lanjut, master dan doctor program kedepannya. Karena terhitung sejak tahun 2016 Sekolah Vokasi UGM telah menjalin kerja sama terkait penyelenggaraan program International Symposium on Technology for Sustainability (ISTS).

Dipenghujung acara ditutup dengan penampilan tari tradisional Jepang yang ditarikan oleh Club Tari Program Studi Bahasa Jepang dan dilanjutkan suguhan tari kreasi oleh mahasiswa “buddy” yang disambut riuh tepuk tangan penonton.